Asam Pedas Baung, Riau (Gambar dari http://riaudailyphoto.blogspot.com)
Asam Pedas (Asam Pode, Sampode) merupakan salah satu masakan yang diwariskan turun temurun di keluarga saya. Selain di kampung halaman saya di Riau, saya juga menemukan asam pedas di daerah lain dengan racikan bumbunya bervariasi menurut masing-masing daerah. Orang padang menamakan Asam Padeh. Di Aceh ada Asam Keueng. Palembang dan lampung punya Pindang (Pindang Patin). Di Flores saya pernah menikmati Ikan Kerapu Masak Asam, yang saya kira juga varian dari asam pedas. Di pulau Jawa, ada sayur asam, agak sedikit berbeda karena hanya menggunakan sayur-sayuran tanpa ikan.
Pindang Patin, Palembang
Asam pedas versi Riau adalah kuah yang didalamnya terdapat bumbu pedas dan asam. Di sana orang sangat menyukai Asam Pedas yang dipadukan dengan ikan air tawar seperti patin, baung dan haruan (gabus). Bumbu asam dapat berupa asam kandis atau asam gelugur yang sudah dikeringkan. Rasa asam juga dapat ditimbulkan dari sayur pelengkap seperti belimbing wuluh, terung asam, nenas muda, atau tomat dan kadang durian fermentasi (asam durian, tempoyak).
Traveling ke negara-negara dimana umat muslim minoritas, makanan halal merupakan masalah paling krusial (bagi muslim). Teman-teman saya di Vietnam dan Laos bahkan tidak tau kalau muslim tidak boleh makan babi dan minum minuman beralkohol. Thai dan Filipino lumayan melek tentang Halal Food, mungkin karena jumlah muslim di sana cukup lumayan, dan mereka punya Industri pangan dengan sertifikat halal untuk di ekspor ke negara-negara muslim.
Di kawasan ASEAN, sangat mudah menjumpai makanan yang mirip asam pedas, seperti di Pilipina ada Fish Sinigang (asam tetapi kurang pedas). Thailand, Kamboja dan Laos ada Tom Yam (dibedakan Tom Yam Kung (Goong) untuk udang, Tom Yam pla untuk ikan). Tom yam juga mudah ditemukan di Vietnam, karena cukup banyak restoran Thai di Vietnam, atau restoran Vietnam yang menyajikan masakan Thai. Berdasarkan pengalaman saya, varian asam pedas ini cukup aman bagi traveler muslim. Karena pengolahannya tidak menggunakan minyak (sehingga kemungkinan besar bebas lemak babi) dan tentu saja karena biasanya menonjolkan rasa ikan, seafood dan rasa asam kemungkinan kecil menggunakan kaldu dari hewan darat (karena hewan darat akan menyebabkan rasa gurih yang justru merusak cita rasa asam). Tentu saja ini kemudahan bagi saya. Lidah saya yang sejak kecil sudah familiar dengan asam pedas Melayu, sangat mudah beradaptasi dengan kerabat Asam Pedas dari negara tetangga. Yang unik, Tom Yam di Thailand dan masakan sejenis di Laos sering disajikan dengan nasi ketan. Bagi kita yang tak terbiasa makan siang atau malam dengan nasi ketan, terasa lucu. Mungkin sama lucunya juga teman-teman dari Jawa melihat orang Sumatera makan pisang goreng dengan ketan.
Yang paling mak nyus, tentu saja Asam Pedas Riau! :D
Fish Sinigang, Filipina
Tom Yum Pla, Thailand
Referensi lain tentang Asam Pedas Riau
http://food.detik.com/read/2006/06/14/094026/615742/290/pondok-patin
http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2001/edisi10/files/jalan.htm
Asam Pedas (Asam Pode, Sampode) merupakan salah satu masakan yang diwariskan turun temurun di keluarga saya. Selain di kampung halaman saya di Riau, saya juga menemukan asam pedas di daerah lain dengan racikan bumbunya bervariasi menurut masing-masing daerah. Orang padang menamakan Asam Padeh. Di Aceh ada Asam Keueng. Palembang dan lampung punya Pindang (Pindang Patin). Di Flores saya pernah menikmati Ikan Kerapu Masak Asam, yang saya kira juga varian dari asam pedas. Di pulau Jawa, ada sayur asam, agak sedikit berbeda karena hanya menggunakan sayur-sayuran tanpa ikan.
Pindang Patin, Palembang
Asam pedas versi Riau adalah kuah yang didalamnya terdapat bumbu pedas dan asam. Di sana orang sangat menyukai Asam Pedas yang dipadukan dengan ikan air tawar seperti patin, baung dan haruan (gabus). Bumbu asam dapat berupa asam kandis atau asam gelugur yang sudah dikeringkan. Rasa asam juga dapat ditimbulkan dari sayur pelengkap seperti belimbing wuluh, terung asam, nenas muda, atau tomat dan kadang durian fermentasi (asam durian, tempoyak).
Traveling ke negara-negara dimana umat muslim minoritas, makanan halal merupakan masalah paling krusial (bagi muslim). Teman-teman saya di Vietnam dan Laos bahkan tidak tau kalau muslim tidak boleh makan babi dan minum minuman beralkohol. Thai dan Filipino lumayan melek tentang Halal Food, mungkin karena jumlah muslim di sana cukup lumayan, dan mereka punya Industri pangan dengan sertifikat halal untuk di ekspor ke negara-negara muslim.
Di kawasan ASEAN, sangat mudah menjumpai makanan yang mirip asam pedas, seperti di Pilipina ada Fish Sinigang (asam tetapi kurang pedas). Thailand, Kamboja dan Laos ada Tom Yam (dibedakan Tom Yam Kung (Goong) untuk udang, Tom Yam pla untuk ikan). Tom yam juga mudah ditemukan di Vietnam, karena cukup banyak restoran Thai di Vietnam, atau restoran Vietnam yang menyajikan masakan Thai. Berdasarkan pengalaman saya, varian asam pedas ini cukup aman bagi traveler muslim. Karena pengolahannya tidak menggunakan minyak (sehingga kemungkinan besar bebas lemak babi) dan tentu saja karena biasanya menonjolkan rasa ikan, seafood dan rasa asam kemungkinan kecil menggunakan kaldu dari hewan darat (karena hewan darat akan menyebabkan rasa gurih yang justru merusak cita rasa asam). Tentu saja ini kemudahan bagi saya. Lidah saya yang sejak kecil sudah familiar dengan asam pedas Melayu, sangat mudah beradaptasi dengan kerabat Asam Pedas dari negara tetangga. Yang unik, Tom Yam di Thailand dan masakan sejenis di Laos sering disajikan dengan nasi ketan. Bagi kita yang tak terbiasa makan siang atau malam dengan nasi ketan, terasa lucu. Mungkin sama lucunya juga teman-teman dari Jawa melihat orang Sumatera makan pisang goreng dengan ketan.
Yang paling mak nyus, tentu saja Asam Pedas Riau! :D
Fish Sinigang, Filipina
Tom Yum Pla, Thailand
Referensi lain tentang Asam Pedas Riau
http://food.detik.com/read/2006/06/14/094026/615742/290/pondok-patin
http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2001/edisi10/files/jalan.htm
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
Silahkan untuk santap siang.....:)
@PakNgah: ondek ei.... ko yo lapar dek nyo ma...
apo lai la kotu makan siang Ngah.... kekekke...
mo lah makan awak di POndok Patin.. :D
Jadi lapar liha asam pedasnya nih dinda! kapan bisa makan dipekanbaru ya! Kanda masih belum bisa kepanbaru! Masih urus ADMINSTRASI Dinda yeyen , lulus CPNS! berkat doa dinda Prima Juga !
@Nan Limo: muah (***sambil menghitung uang untuk tiket pesawat JKT - PKU + airport tax + taksi bandara***)
@PakNgah: wakakkakaka... :)) ... :))
otun udang lai ado pak..............