“Pengalaman ini memang sangat berkesan. Saya dilantik menjadi Dirut RAL disaat ulang tahun, 7 Desember lalu,” tuturnya saat berbincang dengan riauterkini di Pekanbaru, Sabtu (12/12/09).
Meskipun menganggap pelantikannya sebagai Dirut merupakan kado termanis, namun Teguh bukan mengenyampingkan beban berat yang langsung berada di pundaknya begitu menjadi pilot bagi seluruh armada RAL. Terlebih selama ini para pendahulunya, selalu mengakhiri karir sebagai Dirut RAL dengan pahit. “Saya tak perlu merasa takut pada pengalaman pahit Dirut sebelumnya, tetapi yang terpenting adalah belajar dari kejadian itu agar bisa lebih baik,” tuturnya bijak.
Teguh juga sadar betul, bahwa posisinya saat ini bisa digolongkan sedang duduk di atas ‘kursi panas’. Status RAL sebagai BUMD kerap membuat arah kebijakan tak sepenuhnya murni bisnis, melainkan bisa dipengaruhi kepentingan politik. Kondisinya itu menurutnya adalah tantangan dan ia telah memiliki kiat untuk menyikapinya.
“Sebagai sebuah perusahaan milik daerah, apalagi pemilik sahamnya banyak daerah, mungkin saja muncul benturan kepentingan, tapi itu bukan domain saya. Tugas saya adalah bagaimana terus menjaga performen agar pengelolaan RAL tetap dalam kondisi baik,” ujarnya.
Mantan Vice President PT. Garuda Indonesia tersebut sangat sadar, di balik jabatannya sebagai Dirut RAL ada tugas luar biasa besar, mengingat kondisi RAL masih jauh dari baik. Memiliki banyak hutang dan belum punya sumber keuntungan yang besar. Prioritas terdekatnya saat ini adalah memperbaiki keadaan tersebut. “Paling tidak saya butuh waktu satu tahun untuk memperbaiki kondisi tersebut,” ungkapnya.
Perkuat Rute Sumatera
Saat menerima tawaran memimpin RAL, pria yang pernah memimpin Maskapai Garuda di Australia dan Inggris tersebut sudah paham betul kondisinya. Selain paham, ia juga sudah tahu akar penyebab kondisi sulit RAL dan sudah pula menyiapkan serangkaian strategis untuk mengatasinya.
Saat ini RAL memiliki 7 armada. 5 jenis Foker 50 dan 2 pesawat RJ-100. Dari ketujuh armada tersebut, baru 2 pesawat yang mampu menghasilkan untung. 5 pesawat lainnya terus menjadi sumber hutang perusahaan, terutama 2 pesawat RJ-100 yang melayani rute Pekanbaru-Jakarta. Setiap bulan dua pesawat tersebut menimbulkan kerugian Rp 5 miliar.
“Rute Pekanbaru-Jakarta tak bisa dipertahankan. Sangat membayakan, karena itu akan secepatnya kita tutup. Satu pesawat sudah kita alihkan. Satu lagi segera menyusul memperkuat rute-rute pendek di Sumatera,” paparnya.
Lebih lanjut Teguh mengungkapkan, meskipun RAL merupakan maskapai milik Pemprov Riau dan tengah digadang-gadang menjadi sebagai embrio Sumatea Airlines, namun justru dari 7 armada yang dimiliki, hanya 2 pesawat yang melayani rute penerbangan antarkota di Sumatera. Selain 2 pesawat RJ-100 yang melayani rute Pekanbaru-Jakarta, 3 pesawat jenis Foker 50 justru terbang di Nusa Tenggara Timur (NTT) melayani penerbangan ke Bali dan Sulawesi. Lebih ironisnya lagi, rute-rute di NTT masih merugi.
“Kalau-kalau misalnya sama-sama rugi, bagus lagi dialihkan ke Sumatera, karena RAL juga terikat dengan kewajiban melayani daerah-daerah yang menjadi pemilik saham,” tuturnya.
Karena itu, Teguh mengatakan dalam waktu secepatnya pihaknya segera mengalihkan 3 pesawat dari NTT untuk memperkuat rute Sumatera, terlebih setelah tercapai kesepakatan awal dengan salah satu maskapai penerbangan nasional untuk saling dukung. Bentuk kerjasamanya, RAL akan membuka jalur-jalur pendukung, seperti dari Rengat, Tembilahan, Pasirpangaraian dan lainnya ke Pekanbaru, selanjutnya penumpang RAL bisa melanjutkan penerbangan ke Jakarta dengan maskapai penerbangan nasional tersebut. “Jadi cukup beli tiket di Rengat, penumpang RAL bisa langsung ke Jakarta,” ungkapnya mengenai rencana kerjasama yang akan diteken akhir tahun atau paling lambat awal 2010 tersebut.
Selain menyiapkan sejumlah stategi pengembangan bisnis, Teguh juga mengaku telah punya kiat untuk memperbaiki kinerja internal. Ada tiga langkah yang langsung diterapkan dan menjadi kewajiban semua karyawal RAL. Pertama harus tepat waktu, kedua peningkatan pelayanan dan ketiga efesiensi. “Misalnya ada kerusakan mesin, saya selalu minta pada teknisi untuk memulihkannya secepat mungkin. Harus lebih kreatif dalam mengatasi masalah dengan cepat,” tegasnya.
Menurut Teguh, dalam waktu setahun ke depan, ia optimis RAL akan berubah menjadi lebih baik. Ia punya keyakinan RAL akan menjadi kebanggaan masyarakat Riau di masa mendatang. Sebab, Riau memiliki potensi besar, terutama dari aspek pertumbuhan ekonomi. Inilah yang menurutnya menjadi salah satu modal besar bagi RAL untuk bisa terus berkembang.***(mad)
===========================
Source: riauterkini.com
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
Halo Pak Teguh. Selamat Ya.
Pasang iklan RAL di blog ini dong pak Teguh,
atau kita dapat tiket RAL gratis untuk liputan wisata (***ngarep***)
selamat atas d angkatnya Teguh Triyanto atas Dirut Riau Airline
Selamat buat pak teguh...:)