Ketiga asam siriang riang
Menangis mayat dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Itulah sebaris pantun yang dulu sangat populer. Pantun ini seperti umumnya karya sastra Melayu yang banyak diilhami oleh alam. Namun sekarang tidak semua orang mengenal jenis asam tersebut. Bagi masyarakat Melayu Riau yang kulinernya didominasi rasa asam dan pedas, berbagai bumbu untuk menciptakan rasa asam digunakan. Asam kandis dan asam gelugur banyak digunakan karena tumbuh alami di negeri mereka dan dapat dikeringkan sehingga awet disimpan sampai lama.
Asam kandis (Garcinia xanthochymus) adalah pohon hijau abadi berukuran maksimum 15 m yang berasal dari India. Ia masih sekerabat dengan manggis serta asam gelugur.
Tajuknya berbentuk seperti piramid, dengan batang utama tegak dan cabang-cabang tumbuh mendatar, seperti pohon manggis. Daunnya lanset memanjang, sempit, panjang 12-24 cm. Buahnya agak membulat, meruncing, dengan diameter mencampai 9cm, berwarna jingga pucat atau kuning pekat. Tumbuhan ini menyukai naungan dan suasana lembab. Pembungaan biasanya setelah masa kering yang cukup panjang (minimal tiga bulan) dan bisa berbunga dua kali setahun.
Asam kandis dimanfaatkan buahnya. Rasanya masam dan dijadikan bumbu dapur, selai, campuran kari, serta dibuat acar. Asam kandis banyak dipakai dalam masakan dari Sumatera. Pemanfaatan lain adalah sebagai sumber bahan pewarna.
Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griffith et Anders.) adalah pohon hijau yang dimanfaatkan untuk bumbu masak dan bahan pengobatan. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan manggis dan asam kandis, berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Sebagai bumbu, buahnya yang dipotong dan dikeringkan dimanfaatkan sebagai pemberi rasa asam pada sejumlah masakan, terutama masakan dari Sumatra. Asam gelugur juga berkhasiat obat. Ekstrak daun asam gelugur yang diberikan secara oral dengan dosis 360mg/kg terhadap mencit memberi efek inhibitor terhadap perkembangan Plasmodium berghei penyebab malaria.
Siriang-riang (Dodoneae viscosa (L) Jack.)
Tidak banyak informasi tentang siriang-riang. Erman A.R. (Jurusan Farmasi FMIPA UNAND; Tahun 1982) berhasil mengisolasi diterpen dari daun siriang-riang. Diterpen adalah senyawa antimikrobial dan anti radang. Kemungkinan tumbuhan ini digunakan sebagai bahan obat oleh masyarakat Melayu.
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
artikel yang bagus... sudah lama gak baca artikel tentang tumbuhan sejak putus kuliah...
Pantun diatas mengingatkan aku pada jaman SD dulu. Pokoknya tiada hari tanpa pantun
Wah, thanks atas infonya lengkap sekali....alhamdulillah ketemu juga materinya..
Artikel yang menarik dan bermanfaat, mudah-mudahan yang membaca termotivasi untuk melestarikan tanaman ini
Semoga kita bisa melestarikan tanaman ini, karena sangat bermanfaat untuk pengobatan dan penghijauan
pantun bagus gan, tanaman ini perlu dilestarikan Gan, tks
pantun yang bagus.......nasehatnya tersirat didalam
Artikelnya menarik n bagus tuk di baca/referensi. Tapi menurut saya, ada kekeliruan yg di tampilkan terhadap gambar di atas.
Yang saya ketahui yg ditampilkan di atas adalah Pohon Cermai/Ceremai/Ciremai. Bukan Pohon gelugur.
Dari ilmu yg saya dapat di Desa saya, bentuk/rupa POHON GELUGUR itu baik buah or pohonnya, hampir sedikit menyerupai MANGGIS....
jadi Mohon di koreksi kembali foto yg ditampilkan di atas ya...
tapi Ga tau-lah saya kalau zaman sekarang udah bisa berubah bentuk pula kedua jenis asam itu....