-

October 16, 2011

Merayakan Khatulistiwa





Semenjak kecil sudah tak terhitung berapa kali saya melintas khatulistiwa, titik nol yang membelah bumi menjadi belahan utara dan selatan. Melewati tugu khatulistiwa Lipat Kain dalam perjalanan Taluk Kuantan – Pekanbaru, atau melalui tugu equator Pangkalan Lesung dalam perjalanan Rengat – Pekanbaru, tak merasakan sesuatu yang istimewa. Baru lah tadi pagi, saya sadar. Saya mengamati turis eropa yang sedang mengalami euphoria tropis di ruang tunggu keberangkatan Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, di punggung kaos oblongnya tertulis “I Crossed the Equator…” Para turis itu telah berjalan ribuan mil dan mungkin telah bermimpi puluhan tahun untuk melintas khatulistiwa atau equator.

Selama ini mungkin kita abai, tak banyak negara di dunia ini yang dilalui khatulistiwa atau garis equator. Bahkan Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia yang dilalui khatulistiwa. Kita menyia-nyiakan potensi yang demikian besar. Di antara kota di Indonesia, mungkin hanya Pontianak yang menjadikan khatulistiwa sebagai icon pariwisatanya. Sumatera Barat punya Bonjol, tetapi tenggelam begitu saja, orang lebih mengenal Kota Wisata Bukit Tinggi, atau Pulau Sikuai, dan lainnya. Jangan ditanya Lipat Kain atau Pangkalan Lesung, orang Riau pun mungkin banyak yang tak tahu.

Bagaimana dengan Pekanbaru? Pekanbaru memang tidak berada di khatulistiwa, Lipat Kain dan Pangkalan Lesung berjarak sekitar 70an KM dari Pekanbaru. Sepatutnya Pekanbaru tak hanya sibuk mempromosikan dirinya. Pekanbaru adalah gerbang untuk mengenal Riau secara utuh. Sebagai pembanding, Kota Palu (Sulawesi Tengah) walaupun tidak tepat berada di garis 0° 0' 0" tetapi ada petunjuk arah ke tugu khatulistiwa di Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Motong.

Sebenarnya kalau serius, potensi ini bisa dikelola lebih baik. Tidak hanya untuk "dijual" kepada turis, tapi juga dapat dioptimalkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan seperti pengajaran astronomi dan pengembangan energi surya. Tugu khatulistiwa jangan dibiarkan menjadi benda mati yang tak dapat bicara, tapi perlu kreatifitas untuk menghidupkannya.

Kita tak kan kekurangan ide, kalau mau studi banding. Hanya dengan menyalakan komputer yang tersambung internet, dalam beberapa menit saja kita akan menemukan bagaimana excited-nya orang-orang eropa menikmati equator. Dan bagaimana negara-negara yang dilalui khatulistiwa menjual potensi ini kepada turis.

Tugas pertama tentu saja membuat masyarakat Riau paham bahwa mereka berada di khatulistiwa, dan dengan itu mereka harus menciptakan nilai lebih. Blogger berperan penting untuk menjalankan tugas itu tanpa membebani APBD Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Suai?








Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan


Baca Juga Artikel Pekanbaru Riau Dibawah ini:

Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru dari www.sungaikuantan.com di inbox anda:

Comments :

4 komentar to “Merayakan Khatulistiwa”

artikel yg sangat menginspirasi.... thanks bang Ison Idris

Pekanbaru Netpreneur said...
on 

wah, betul juga.
seharusnya khatulistiwa jadi nilai lebih untuk pariwisata kita :)

ra-kun said...
on 

thanks a lot for the post! very interesting!

college essay topics said...
on 

orang bule sebenernya iri banget loh sama kita yang dilintasi garis khatulistiwa... sudah seharusnya kita bangga punya sinar matahari yang melimpah, kekayaan alam yang ruah... wah.. kudu penuh syukur. Maika Etnik 2012

Rachmatullah said...
on 

Bagaimana Pendapat Anda?

KOMENTAR Sobat Adalah Nyawa Blog All About Pekanbaru Riau ini, Tentunya Blog Sobat Juga, Jadi Kita Sesama Blogger Mari Saling Menghidupi... Hehehe....

Bagi yang BELUM PUNYA BLOG bisa pakai 'Comment As: name/URL. masukkan nama dan FS, FaceBook, Multiplay atau lainnya (contoh: http://facebook.com/nanlimo)

 

SungaiKuantan.Com Site Info


TopOfBlogs