Hanya masalah remeh temeh; tisu toilet, atau toilet roll atau toilet paper. Mungkin bukan isu strategis bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di tingkat nasional atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota? Tak penting untuk dibahas di rencana strategis jangka panjang, menengah dan pendek.
Berdasarkan pengalaman saya melakukan perjalanan di daerah - daerah (bahkan di Jakarta) tisu toilet tidak terbatas digunakan hanya untuk toilet saja. Tisu toilet banyak dipakai juga di meja restoran dan rumah makan. Kenapa tidak? Pokoknya tujuannya tercapai: untuk mengelap mulut, tangan (kadang wajah) atau meja. Ada tisu toilet, semua jadi bersih. Bahkan banyak yang tidak sadar, bahwa tisu yang berbentuk roll itu adalah tisu toilet?
Tapi bagaimana dengan faktor kelaikannya? Tissue toilet kan biasanya para bule menyebut dalam bahasa slank dengan "shit ticket" atau "ass wipe". Jadi, apakah posisi pantat sebetulnya bisa disamakan dengan mulut? Hmmm, ini pertanyaan estetika. Jawabnya sangat subyektif. Tapi saya sungguh sering melihat teman asing kebingungan ketika di rumah makan (yang sebenarnya cukup laik buat tamu asing) harus menggunakan tisu toilet sebagai pengganti serbet (napkin).
Ya, sudahlah! Kalau kaum menengah ke bawah mencampur adukkan fungsi tisu toilet harus dimaklumi saja. Namun dalam konteks promosi pariwisata, apakah APBN/ APBD puluhan (mungkin ratusan) milyar untuk promosi pariwisata, tidak dapat digunakan untuk membenahi hal-hal seperti ini?
Anehnya, walaupun tisu toilet itu sudah meraja-lela di meja makan, tidak demikian di toilet itu sendiri. Masih sulit mendapatkan toilet yang menyediakan tisu toilet. Kadang holdernya cuma jadi pajangan dan tidak pernah diisi ulang. Nah ini juga sering membuat teman asing saya bingung. Kebiasaan mereka menggunakan toilet kering, membuat tisu toilet menjadi daftar SEMBAKO di dalam kehidupan mereka. Memang tak usah dipusingkan. Tapi kalau mengamati besarnya anggaran promosi pariwisata kita, kadang tidak habis pikir masalah remeh temeh (tapi cukup mengganggu) seperti ini tidak dibenahi? Atau saya yang terlalu berlebihan. Lebaaaaaay...
Catatan: Gambar ilustrasi bersumber dari google images
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
:) maaf kalau mengganggu makan malamnya!
Pemikiran dan ide yang mantap sob..memang hal2 kecil seperti hrs di perhatikan, jika dibiarkan lama2 jd bumerang..
lapor SBY, bikin peraturan melarang tisu toilet di warung makan, cafe, restoran, dll. kalo kedapetan di denda....
eh iya..ya.. kalo dikaki lima itu tisunya pasti tisu toilet...
bahkan indonesia ini dah punya tempat tisu sendiri buat di rumah makan untuk tisu toilet ya...
@Dinoe: setuju :)
@Bang Ais: kasian SBY Bang, lagi pusing mikirin bang sianturi :(
@Bre: tidak cuma di kaki lima Bu, di rumah makan/ restoran juga ada kok. Indonesia emang kreatif, bisa menciptakan tempat tisu rol buat di meja makan! :)
bener juga nih
selama ini saya lap mulut dan sendok pake tissue untuk lap bokong? jiahhhhh~ memalukan...
kutukupret....!!!!
upst.. terlanjur ngomong...
ini sebuah realita....
Karena ini semua demi Bangsaku-->"Bang Saku"
@Pakngah: postingan cerdas kanda..., Lanjutkan :D
btw, sy mau posting review tentang PakNgah sebagai Kakanda tercinta yg turut mengelola blog ini.
@Clara: sssttt jangan bilang-bilang
review tentang saya? :)) wah bisa jadi selebriti!
...saya adalah orang kecil yang suka mengamati hal-hal kecil...(mereview diri sendiri)...orang yang tak penting yang suka membicarakan hal-hal yang tak penting :))
@PakNgah: ah... santai saja lah Pak Ngah.. :D
@Emo: OK saja, asal jangan Lebay
setuju zob..
kita muLai kebaikan dgn mempehatikan haL2 keciL dLu ...
kLo haL keciL ngga' bZ pa lagi yg geDe...
halah gpp kali, bang...
biasa aja krn kita tinggal di timur.
mgkn krn terkadang pikiran kita udh terkontaminasi org barat, jd liat tisu kyk gt jd inget toilet, dan berpikir apakah tisu ini pantas ditaro sejajar sama makanan.,... gitu aja mnrt aku,,
@Fais: setuju juga :)
@Ferdivolution: memang tak usah dipusingkan. tidak perlu kebarat2an. saya hanya melihat sesuatu yang absurd, pemerintah membelanjakan banyak uang untuk promosi wisata, tapi hal-hal kecil yang membuat wisatawan tidak nyaman tidak diperhatikan. anyway saya juga masih menggunakan tisu gulung untuk lap mulut dan sendok kalau makan di kaki5 atau rumah makan, kalau memang yang tersedia cuma itu :)
Apa tidak aneh
tisu toilet buat di meja makan
sementara di toilet tak tersedia tisu
lagi pula knapa harus tisu toilet sih? tisu serbet kan juga gampang didapat?
wah nggak konsisten, tadi katanya tak usah dipusingkan...
All: thanx sudah mampir dan kasih comment
iya susah tuh nyari tisu kalo ke toilet umum. makanya bawa tisu kemana2
sebuah fenomena pariwisata di tanah air kita... semoga pemerintah segera dapat menyadarinya...
hahaha...cukup bagus nich postingnya....Link kamu dah qu pasang nich...Pasang Link qu ya....tq
wah wah emang hal sepele seperti ini mesti ditanggapi serius, sehingga tujuan awal untuk menarik minta wisatawan bisa tercapai dengan baik. jangan sampai gara2 tisu bikin wisatawan ogah ke tempat kita lagi.
Gabung yuk untuk meningkatkan PR blognya di http://adarossyat.blogspot.com/2009/12/cara-meningkatkan-traffic-rank-instan.html
oh iya follow balik ya
ngemeng-ngemeng
ada teman blogger yang dari dinas pariwisata nggak?
inilah sulitnya kalo berbeda budaya, jadi serba salah