-

September 05, 2008

Orang Kuantan: Minang Kabau atau Melayu Riau?


Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan


Baca Juga Artikel Pekanbaru Riau Dibawah ini:

Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru dari www.sungaikuantan.com di inbox anda:

Comments :

58 komentar to “Orang Kuantan: Minang Kabau atau Melayu Riau?”

wis blonya keliatan antik banget

Agung Aritanto said...
on 

Anda terlalu cepat menarik kesimpulan akhir bahwa kuantan asal penghuni sumatera. Coba gali dulu lebih dalam tentang sejarah kerajaan malayu (mo leu yeu)dan dharmasraya. Kalau memang kuantan punya budaya sendiri kenapa sampai detik ini masih memakai budaya minang?? lalu kenapa mau masuk dalam daerah melayu??

seharusnya anda yang mesti jujur dalam menerima sejarah dan kenyataan bahwa anda bagian dari minangkabau atau melayu.

Kalau tambo yang jadi rujukan, anda harus memahami dulu bahasa kiasan yang terdapat didalamnya.
Baca tambo bukan seperti baca teenlit.

Dan melayu bukan kerajaan kemaren sore bung!!

athaya queen galeri said...
on 

kelewatan opininya.. faktanya camane? cakap minang nak kawin pake adat melayu trus berandai minang eh ngaku pulak asal muasal orang pertama. mimpike ncek?



from wak bedol!

athaya queen galeri said...
on 

artikel ini jelas Pembodohan untuk generasi kuantan

athaya queen galeri said...
on 

Waduh...jadi bingung...

pardi said...
on 

Orang Kuantan adalah Orang Minang

Mengapa harus malu mengatakan bahwa orang Kuantan adalah orang Minang yang daerahnya dimasukkan Pemerintah ke dalam wilayah Provinsi Riau. Sesungguhnya anda minder dengan kenyataan dan sejarah. Anda sebenarnya pasti tahu kalau kita orang Kuantan adalah bagian dari rumpun Minangkabau. Hanya karena letak daerah kita yang anda tidak tahu mengapa tidak berada dalam Prov. Sumatera Barat yang dikenal sebagai daerah asal orang Minang. Melainkan berada dalam Provinsi Riau yang mayoritas bersuku Melayu sehingga selalu diidentikkan sebagai tanah Melayu. Itu tidak salah karena persepsi itu sudah terbentuk dari dulu lebih dari 50 thn pasca pendirian Prov. Riau 1958. Pemerintah Pusat saat itu menggunakan dasar tuntutan para tokoh Melayu Riau yang menginginkan daerah ex Keresidenan Riouw zaman Belanda lepas dari wilayah Provinsi Sumatera Tengah yang berpusat di Bukittinggi. Tahukah kita bahwa daerah Kuantan Hulu (Kuansing sekarang) adalah daerah asli Minangkabau yang dimasukkan oleh Belanda ke dalam wilayah Keresidenan Riouw akhir abad ke 19 dengan alasan geopolitis & militer strategis Kolonial Pemerintah Hindia Belanda. Daerah sepanjang aliran Sungai Kuantan yang mengalir dari hulu di bagian Barat (Kuansing) ke hilirnya di pesisir Timur Sumatera menuju ke Selat Malaka harus dikuasai oleh satu pemerintahan Keresidenan agar tidak overlapping dengan Keresidenan lain (Sumatera's westkust/Keresidenan Sumatera Barat & Keresidenan Djambi). Belanda juga melihat bahwa ada batas alam berupa rangkaian bukit barisan yang membagi 2 Pulau Sumatera secara tidak proporsional yaitu belahan Pesisir Barat dan Pesisir Timur.(Daratan Bag. Timur jauh lebih luas daripada daratan bagian Barat Bukit Barisan). Batas tersebut dijadikan sebagai perbatasan alami di wilayah Tengah Pulau Sumatera untuk membagi daerah Keresidenan Sumatera's Westkust di bagian Barat dengan Keresidenan Riouw & Keresidenan Djambi di pesisir Timur. Daerah Kuansing dan Kampar hulu sebenarnya secara geografis jauh lebih dekat ke Pesisir Barat daripada ke Pesisir Timur Sumatera. Belanda tidak menggubris kesamaan etnis, kultural, dan dialek lokal lingustic kedua daerah yang terletak di perbatasan alam tersebut. (Kuantan dengan serumpunnya di bagian Barat yakni Sijunjung, Sawahlunto & Darmasraya) dan (Kampar Hulu V Koto-Taratak Buluh dengan Lima Puluh Kota di bagian Baratnya). Bahkan oleh Belanda daerah Minangkabau yang disegressi dari induk rumpunnya di Sebelah Barat ini diintegrasikan dengan daerah Pesisir Timur yang murni beretnis Melayu Riau. Dimasukkan ke dalam suatu Kewedanan (afdeling) yang diberinama Kampar dan sebagian masuk Indragiri. Mulai saat itu terpisahlah orang Kuantan dan orang Kampar (Ocu) dari rumpun induknya Minangkabau di bagian Barat secara de jure dan de facto. Pada zaman awal kemerdekaan 1945 hingga tahun 1958 Kampar dan Kuantan sempat mengalami reunifikasi dengan saudara serumpun Minangnya dalam satu Provinsi besar yakni Prov. Sumatera sampai tahun 1948. Berkutnya dalam Prov. Sumatera Tengah pasca pemekaran Prov. Sumatera menjadi 3 Provinsi : Prov. Sumatera Utara, Prov. Sumatera Tengah dan Prov. Sumatera Selatan. Kebersamaan itu berlangsung tidak lama karena kemudian Provinsi Sumatera Tengah ini akhirnya dimekarkan pula menjadi 3 Provinsi pasca kekalahan PRRI yang berpusat di Bukittinggi. Wilayah Kuantan dan Kampar Hulu sekali lagi dipisahkan kembali dengan rumpun induknya atas dasar klaim sejarah para Tokoh Melayu Riau yang menggunakan dasar wilayah ex Keresidenan Riouw. Tentu saja Ranah Minangkabau sebagai pihak pecundang perang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolak kebijakan Pemerintah yang dituangkan dalam UU No. 61 thn 1958 yang membagi wilayah Provinsi Sumatera Tengah menjadi 3 Provinsi baru. Mereka tidak punya dasar hukum untuk mengklaim sebagai bagian yang diinginkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (selain mungkin hanya berupa de facto rumpun etnis dan kultural Minang). Begitu juga dengan masyarakat Kuantan dan Kampar (Juga Kerinci dimasukkan ke Prov. Jambi) saat itu yang mayoritas masih hidup di bawah standard kesejahteraan. Mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak disosialisasikan kepada masyarakat awam oleh Pemerintahan yang dipegang oleh Militer pasca PRRI. Yang pasti menurut cerita tetua Kampung kita dulu bahwa mereka tetap mengakui sebagai orang Minang sejak dahulu kala. Dan bilamana saat itu diberi kesempatan untuk memilih mau ikut bergabung ke Riau atau ke Sumbar, tentu saja seluruh etnis asli (non pendatang tentunya) Kuantan dan Kampar (Non Melayu Riau) akan memilih sesuai naluri mereka ke Sumbar. Tapi itu tidak pernah terjadi dan sudah berlalu lebih dari 50 thn yang lalu. Sudah hampir 3 generasi yang berlalu dan tidak perlu dipermasalahkan lagi. Yang jadi masalah adalah generasi baru seperti kita-kita ini yang merasakan termarginalisasi oleh kenyataan berada di luar situasi ideal. Mau mengaku jadi orang Melayu tidak mau karena terlalu banyak perbedaan budaya, bahasa dan adat istiadat dengan kita. Mengaku sebagai orang Minang ada rasa sungkan karena secara de facto dan de jure tanah Kuantan dan Kampar tidak (lagi) berada dalam wilayah Prov. Sumatera Barat. Image umum juga mengatakan bahwa orang Minang berasal dari Prov. Sumatera barat dan orang Riau adalah orang Melayu. Seharusnya kita tidak perlu malu mengakui bahwa kita tetap adalah bagian dari Rumpun Minangkabau. Apalagi sampai mengarang rangkaian sejarah sendiri yang dikutip sana-sisni dari Tambo Minang dan peninggalan arkeologis tanpa dasar (selain karena rasa malu dan minder) untuk diakui sebagai suku tersendiri yang unik? Suatu upaya yang sangat naif dan tidak intelek karena bersifat pembodohan public dan berselera rendah dengan merendahkan etnis dan budaya sendiri. Prov. Riau dan orang Melayu Riau mayoritas tahu bahwa kita memang berbeda dengan mereka, tapi kita punya tanah dan kampung sendiri dan bukan pendatang dari luar di Provinsi ini. Merekalah yang menginginkan wilayah kita dimasukkan ke dalam wilayah Provinsi Riau ini dulunya. Menjadi orang Minang bukanlah suatu yang hina, bahkan merupakan suatu kebanggaan karena mereka sangat terkenal dalam sejarah dan keberadaan mereka mudah dikenali di seluruh wilayah tanah air dan manca negara. Kebudayaan mereka dikagumi sebagai salah satu keunikan budaya Indonesia dan Malaysia (Negeri Sembilan). Pengakuan masyarakat Riau akan adanya minoritas Minang di daerah Perbatasan Barat Provinsi Riau sudah ada, walaupun agak direkayasa seolah menjadi etnis Melayu yang berdialek mirip Minangkabau. Tidak ada indikasi upaya Melayunisasi yang mematikan potensi bahasa, dan budaya asli kita. Justru malah budaya kita dijadikan sebagai bagian dari khasanah budaya Riau. Biarlah itu dilakukan itu sebagai ajang promosi budaya kita lewat mereka karena mereka mayoritas dan dominan. Hanya saja akan semakin sukar untuk meluruskan image kepada pihak luar bahwa tidak seluruh daerah Riau bersuku Melayu, ada juga minoritas asli yang bersuku Minangkabau. Tapi sudahlah tidak usah diperpanjang karena bersama mereka dalam Prov. Riau ini kita juga sudah merasakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan. Artinya keberadaan kita dalam pangkuan mereka tidak disiasiakan sebagai daerah taklukan yang hanya diexploitasi seperti zaman Kerajaan dan Kolonial dahulu. Itulah mengapa Kuantan dan Kampar seolah sepakat sama sekali tidak mendukung wacana tidak populer "Riau merdeka" yang pernah didengungkan oleh segelintir tokoh Melayu Riau yang tanpa malu mengatasnamakan Masyarakat Riau. Kalau mereka mau merdeka, silakan aja berurusan dengan NKRI dan kita tidak ikut-ikutan. Mungkin satu-satunya ide dari Pusat bila Riau merdeka adalah wilayah Kuantan dan Kampar akan diunifikasikan ke Prov. Sumatera Barat. Tapi yang fantastis saat itu adalah kenyataan bahwa Riau Kepulauan yang beretnis dan berbudaya sama dengan Melayu Riau Daratan malah memilih melepaskan diri karena tidak sependapat dengan ide bodoh itu. Tidak ada alasan untuk malu bagi kita untuk mengaku sebagai orang Minang. Bahkan teman-teman Kerinci saya di Jakarta tanpa tedeng aling-aling tetap mengatakan bahwa orang Kerinci adalah orang Minang yang wilayahnya termasuk ke dalam Provinsi Jambi.
Nov'08 Anak rantau Taluk...

Heryawan said...
on 

wedew... panjangnya komentar...
hahaha...
Tapi saia asli orang kuantan koq... wekekeke...
kalo orang tua2 dulu seh mungkin aja seh. saia di lahir kan di negeri melayu. dan masuk ke dalam kekuasaan melayu. jadi saia orang melayu donk.
wakakakaka...
dunia memang aneh. ngapain seh ngurusin yang gak penting. Boleh aja ngurusin masa lalu. untuk sekedar tau dari mana asal negeri, atau dari mana rumpun negeri berasal. tapi jangan di jadikan perbedaan yang ada sebagai pemisah dan bahan kontroversi. saia seh gak masalah di dibilangin orang minang, atau orang melayu. kan sama saja seh. kan minang dan melayu bukanlah sebuah suku atau sebuah ras yang memisahkan pandangan hidup bangsa Indonesia. Yah memang kalo di bilang aq neh gak ngenyam pendidikan tentang hal-hal demikian. Maaf ini cuma opini saya pribadi. kalo mau di kritik silakan. maklumlah saia orang bodoh yang tak tau apa2.

Ferie said...
on 

Kita sebagai generasi muda wajib hukumnya mencari kebenaran dari perjalanan panjang negeri kita. Saya tidak menyalahkan komentar dari Saudara kita Heryawan itu "zaman penjajahan belanda", sementara "Kuantan" sudah ada sejak zaman sebelum Masehi. Sebenarnya telah terjadi pembohongan Sejarah yang sudah berlangsung berabad-abad, coba baca buku2 tentang sejarah Minangkabau, tidak satupun buku yang menyebutkan secara pasti asal-usul mereka. Secara jujur saya katakan Saya memegang Rahasia lokasi Daerah yang pertama kali dihuni di Sumatra (waktu itu masih bernama pulau Perca), kalau kawan2 mau negeri kita punya identitas sejarah yang jelas...mari bantu saya dalam mengungkap kebenaran sejarah ini. Sampai sekarang lokasi tersebut belum pernah digali dan diteliti. Itulah dia lokasi Istana Kerajaan Kandis sebelum ia pindah ke Teluk Kuantan. Setelah Situs ini terungkap...Insya Allah semua pembohongan sejarah yang pernah ada akan di luruskan. Insya Allah disana terdapat peninggalan2 yang akan menjelaskan semuanya. Bangunannya masih utuh....tidak pernah terlacak oleh radar manapun selama ini. Mungkin ini adalah kesengajaan dari Sang Pencipta agar suatu saat nanti semua kebohongan akan terungkap. Bantu kami dalam membuka kembali Pusat Kerajaan Kandis. Sekarang Kuansing belum punya identitas, Pacu Jalur yang sarat dengan perbuatan Syirik yang selama ini kita bangga-banggakan...itu budaya bentukan belanda...mari kita cari identitas negeri kita yang sesungguhnya. Selagi kita berdiam diri, maka kita akan tetap terjajah....merdekakan negeri kita dari penjajahan sejarah, penjajahan budaya, dan penjajahan lainnya. Artikel yang ditulis tersebut bukan untuk membodoh2i genrasi Kuantan, tetapi mengajak generasi muda Kuantan untuk berpikir jernih. Ingat....Kuantan Sudah di huni sebelum Belanda datang. Penyebaran penduduk di Pulau Sumatera di Mulai dari negeri kita, kemudian ke Minangkabat, ke Jambi, ke Palembang, dst. Mudah2an dalam tahun 2009 semuanya bisa kita buktikan. Artikel tersebut bukan berarti untuk memecah belah kita, akan tetapi meluruskan sejarah yang sudah banyak di manipulasi oleh orang2 dulu yang ingin mendapatkan prestise ditengah2 masyarakat. Kuantan, Minangkabau, Jambi, dan beberapa daerah di Riau Daratan sebenarnya kita satu nenek moyang, berasal dari satu keluarga...Toh kenapa Kuantan disebut2 sebagai "Minang Anyuik"?? Tentang lokasi Istana Kerajaan Kandis sudah pernah saya sampaikan kepada Kadisbudsenipar Kuansing satu tahun yang lalu, tetapi belum digubris...saat ini saya sedang mengkomunikasikan hal ini dengan Badan Arkeologi Nasional, atau kalau bisa ke Badan Internasional yang mengurus kepurbakalaan, karena Kandis termasuk pusat peradaban dunia yang telah maju sebelum Masehi... Demikian Terima kasih

Pebri Mahmud said...
on 

Sanak,

Kok ambo kaji lo curito sanak asal muasal ughang kuantan tu,ndak masuak di paretongan ambo doh..

Sanak,

Jan lah maghaso malu manyabuik sanak nan di kuantan tu ughang minang..Ughang minang tu ndak di prov. Sumbar se doh,, sadoalah ughang tau minang tu banyak daerah rantau no..

Sanak,

Dek sabok babeda provinsi tu, jan lah mamutuihan tali silaturrahmi kito nan samo-samo ughang minang..

Rangkayo Basa Batuah..

Rangkayo Basa Batuah said...
on 

Bung, yang anda tulis diatas itu kenyataan ilmiah atau mimpi anda?

Anonymous said...
on 

Saya kira, ada sebuah missing link disini. Merunut pada postingan "Asal Muasal Pendekar Kuantan", bahwa dulunya ada sebuah kekacauan yang terjadi di kerajaan Pagaruyung yang menyebabkan pengungsian dan pelarian ke daerah daerah tertentu bahkan sampai ke daerah kuantan. Jika fakta tersebut reliable, apa dan bagaimana posisi kejadian tersebut dalam bagian sejarah yang diperdebatkan ini?

Maaf saya hanya orang pandir yang ingin tahu :)

Riswan Indra said...
on 

ORANG KUANTAN MELAYU ATAU MINANG SAMA SAJA,SAMA SAMA MELANESIA,DAN FAKTA SEJARAH (KALAU ITU FAKTA YANG BENAR)BUKAN UNTUK DEPERTENTANGKAN, HANYA UNTUK DIPELAJARI SAJA UNTUK MEMBUAT KEMAJUAN KEMAJUAN.

HEFRI said...
on 

masa dahulu sebetulnya ndak perlu diperdebatkan yang jelas sekarang kuantan dan kampar masuk kewilayah Prop.Riau yang mayoritas melayu Jadi pada Intinya DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG,

DEDY ALPASIRI said...
on 

KINI SABANANYO TASARAH URANG KUANTA JO KAMPAR AJOLAH INYO NIO MALAYU ATAU MINANG DAN MANURUIK AMBO MINANG ITUKAN TAMASUK MELAYU JUO CALIEKLAH CARITO EXPEDISI PAMALAYU YANG MANALUKKAN KARAJAAN DAMASRAYA YANG NYATO-NYATO CIKAL BAKAL KERAJAAN PAGARUYUNG KAN JALEH DISITU DI KECEKAN BAHWA DAMASRAYA ITU KARAJAAN MELAYU.

PAKIEH BATUAH NAN PUTIEH said...
on 

KALAU CERITA DAERAH RANTAU MINANG SAMPAI KE NEGERI SEMBILAN ITU KAN TAHUN SEKIAN TAHUN SEKIANNYA LAGI MUNGKIN MASUK KERAJAAN LAIN SEBAB SAAT ITU NDAK ADA PBB DO NGAH JADI RAJA YANG KUAT BISA MEMPERLUAS DAERAHNYA,CONTOH LAGI PADA TAHUN 19.. SIJUNJUNG AJA TAKLUK DIBAWAH KERAJAAN SIAK CUBO PIKIE KOCIK NGAH

SIMIKIN said...
on 

oiii manga kok batangka

jasmin said...
on 

orang kuantan adalah orang asli melayou..
bukan orang minang..

karena kuantan merupakan bagian dari kerajaan yang ada di daerah muara takus.

daerah muara takus dibagi menjadi 7 bagian dengan masing masing datuk penghulu..
daerah ini adalah:
koto x
tapung
kampar
siak hulu
kampar kiri
gunung sailan
kuantan

di negeri kuantan terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
singingi, kuantan, kotorajo kuantan hulu, pangean.

para datuk dari koto rajo membantu kerajaan pagaruyung sebagai penasehat yang kala itu diserang oleh kerajaan majapahit. tapi dengan akal bulus orang minang yang tidak mau berperang tetapi mengadakan pertarungan kerbau. kerajaan majapahit dengan kerbau jantan yang beringas dan tanduk yang tajam, tetapi orang pagaruyung menggunakan anak kerbau dengan tanduk parang yang tajam. maka na orang pagaruyung menang dalam pertarungan dengan kerajaan majapahit. mulai lah daerah pagaruyung disebut dengan minangkabau dan orang jawa menggunakan sarung karena dalam pertarungan itu mereka kalah.

tapi sejak kerajaan di perintah oleh adityawarman yang merupakan anak dari bundo kandung, datuk dari kotorojo tadi kembali lagi ke negeri asal na kotorajo dan kuantan yang membawa sistem pemerintahan dari kerajaan parayuyung dan adat istiadatnya. tetapi oleh masyarakat kuantan singingi tidak menerima seluruh sistem dan adat istiadat dari datuk panesehat tersebut. samapi sekarang adat istiadat yang dipakai oleh masyarakat kuantan singingi adalah campuran adat istiadat melayu, kerajaan muara takus dan minang.

maka na masyarakat kuantan singingi bukan orang minang dan melayu, mereka merupakan masyarakat kuantan singingi yang condong ke melayu.

sejak penjajahan belanda, kuantan singingi masuk dalam keresidenan melayu yang pusatnya di tanjung pinang bukan di pekanbaru apalagi bukit tinggi.

jadi orang kuantan bukan orang minang tetapi orang melayu yang menggunakan adat istiadat kerajan muara takus yang sebagaian besar rajanya berasal dari hindia.

sman1.taluk said...
on 

ABEK LO PONIANG REK MASALAH KUANSING TU MINANG ATAU MELAYU..??????

9ALZ.. said...
on 

asik sekali bila mengkaji asal mula suatu etnis, tetapi perlu diingat bahwa yang kita perdebatkan adalah versi, dan dalam ilmu sejarah keberagaman versi merupakan hal yang wajar, selama memiliki bukti2 sejarah yang memperkuatnya.

ebi said...
on 

aku baru tau tuh!!!!!!!
mama ku sendiri orang kuantan tepatnya di sungai alah, mungkin orang lebih kenal lubuk jambi. tapi kebetulan dapat suami orang sumbar jd menetap di sumbar.
setelah aku perhatiin emang orang di kuantan banyak kesamaan dengan orang asli sumbar. dari makanannya, dialeknya jg ada sebagian yg sama.
MALAHAN SUKU ASLI MAMA KU AJA PILIANG, tapi keluarganya ngaku orang melayu????
yg jd pertanyaan SUKU PILIANG kan suku minang??/
kenapa ngaku jd orang melayu yah???
ntahlah
aku sendiri bingung.....
dan disana jg di temuin rumah adat minang
rumah gadang......
aneh kan???
aku nemuin beberapa rumah gadang di sana di kampung mudiak ulo..
padahal udah jauh banget dr perbatasan yang ada dekat kiliran jao.
aku sendiri karna udah lama tinggal dari kecil di sumbar, jd ngeraa orang minang, bukan melayu
walaupun sodara mama selalu bilang aku orang melayu, tapi aku lebih senang jd orang minang...
terkenal dimana mana...
secara rumah makan padang ada di mana mana,
satu yang aku ga setuju, kenapa orang minang di bilang pelit???

fitri fauzia said...
on 

ambo baru obe... kalau orang kuansing, serumpun dengan orang minang.tapi.. menurut ambo, sebenarnya yang sama dengan minang adalah adatnya saja, itupun tidak semuanya, karna wilayah kuantan singingi ini merupakan wilayah kerajaan indragiri...
disinilah masalah yang ambo temukan dalam penyusunan karya ilmiah ambo, bapo caro lai go????!!!!!!!!!
ambo orang koto rajo (basorah) sebenarnya ambo nga' ingin mengakui ambo orang minang, tetapi melihat kenyataan yang ada seperti:
ado rumah gonjong (menyerupai istana pagaruyung), upacara adat sama dengan minang kabau, ini semua memang sudah merupakan bukti yang tidak bisa ditolak lagi...
tapi bagaimanapun, ambo tetap orang riau (melayu).
so... bagi kawan-kawan yang merasa dari kuantan singingi awak ko ndak orang minang dan ndak juo orang melayu, nan jole awak urang kuanta singingi meskipun masuk wilayah riau dan adat minangkabau.

berbanggalah menjadi orang kuantan singingi coz kita unikly gt loch...

andriko lasber (iber) said...
on 

Orang Sumbar saja setelah kekalahan PRRI sehingga sekarang malu-malu mengakui dirinya orang Minang sampai sampai mengganti namanya menjadi kejawa-jawaan, apalagi orang Kuantan

kalau di hati tak hendak, seribu daleh boleh dicari dengan bermacam penjelasannya.
Minangkabau saat ini namanya memang lagi turun dan Melayu (Riau) yang kaya raya itu lagi naik daun. Lain cerita klo Minangkabau lagi di masa jaya-jayanya. Kan lebih baik berinduk kepada yang lagi naik daun (Melayu) yang tentunya menurunkan gengsi bila mengaku sebagai orang Minang bahkan kalau perlu mengaku sebagai etnis baru.Aneh dan ironis sekali............

Anonymous said...
on 

jgan pesahkan!!!!!!!!
yang penting SBY Presiden awak sadonyo

urang kito said...
on 

Mau Minang kek, mau Melayu kek, yang penting kita sesama orang islam kan bersaudara.
Kami aja keluarga Minang Kabau yang udah hampir 60 tahun tinggal di pekanbaru, mungkin kami termasuk komunitas tertua di pekanbaru, tidak pernah mempersoalkan saya orang minang atau melayu, yang jelas kita sama2 orang islam itu bersaudara, setuju???

Fitrialdy, ST said...
on 
This comment has been removed by the author.
Ison Idris said...
on 

Minang Kabau atau Melayu Riau? Pertanyaan yang aneh, mengapa dipertanyakan. Sebagai anak jati Kuantan saya mengatakan kami orang Melayu Kuantan. Kuantan bukan lah sub-ordinat dari Pagaruyung, atau pun kerajaan manapun di pantai timur Sumatera. Fakta bahwa Minang Kabau dan Melayu pesisir memberikan influence dalam kebudayaan Kuantan, itu hal yang wajar, tetapi tidak berarti ia menjadi bagian dari Minang Kabau maupun Melayu pesisir.

Bahkan etnik Melayu Riau itu sebenarnya terminologi yang dikenalkan belakangan untuk menyebut etnik Melayu di Provinsi Riau. Ada Kuantan, Kampar, Rokan, Indragiri, Siak, Petalangan dll. Masing - masing merupakan puak Melayu dengan ciri khas masing-masing. Karena Melayu itu suatu bangsa yang besar, menurut saya penyebutan Melayu Riau semestinya juga mencakup etnik Melayu yang eksis di Provinsi Riau seperti Minang Kabau, Bugis, Banjar dll. Sayangnya definisi Melayu itu sering dipersempit oleh ego masing-masing.

Adalah fakta sejarah Kuantan berada di Keresidenan Riouw dalam masa pemerintahan kolonial Belanda, kemudian dalam Provinsi Sumatera Tengah era awal kemerdekaan, kemudian dalam Provinsi Riau sejak 1958. Tapi yang ingin saya tegaskan: kami orang Kuantan dengan suka cita berada di Provinsi Riau, karena kami duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan puak yang lain. Saya rasa Kuantan tidak lebih beruntung ketika menjadi bagian dari Sumatera Tengah, karena terlalu didominasi oleh Bukit Tinggi. Thats all.

Ison Idris said...
on 

kknya org melayu
http://freezipe.com/

freezipe said...
on 

Yang benar, Orang Kuantan adalah Orang Melayu (1)
Berbagai penelitian arkeologi, etnolinguistik, hingga kebudayaan di seluruh dunia mengatakan bahwa orang Kuantan adalah Melayu. Ketika gelombang arus migrasi pertama sekitar 1000 tahun SM orang Melayu masuk ke nusantara mereka mendiami pesisir Pulau Sumatra, kemudian mereka mulai masuk secara evolusi ke pedalaman, singgah di berbagai pinggiran sungai di sepanjang 4 sungai di Riau, yaitu Sungai Indragiri/Kuantan, Siak, Kampar, dan Rokan. Orang ini saat ini disebut dengan proto Melayu (Melayu Tua), dan sekarang disebut pula dengan masyarakat suku Asli, seperti Talang Mamak, Sakai, Bonai, Akit, Duanu, dll. Setelah bermastutin di tepi-tepi sungai mereka terus merasuk masuk ke hulu. Khusus di Indragiri mereka singgah dan bermastautin di Kuantan, dan seterusnya sampai pula di Minangkabau.
Setelah itu terjadi lagi gelombang kedua arus masuk ke Nusantara dan melakukan perjalanan dengan proses evolusi memudiki sungai. Sebagian singgah di rantau-rantau sungai di Riau dan sebagian lagi bermukim hingga di Pagaruyung. Orang-orang ini kemudian dikenal dalam ilmu kebudayaan sebagai deutro Melayu (Melayu Muda). Bukti sejarah dalam peristiwa ini begitu banyak, mulai situs-situs candi hindu hingga budha. Di sepanjang sungai Indragiri/batang Kuantan terdapat tidak kurang dari 3 situs candi yang diperkirakan umurnya lebih dari 2000 tahun yang lalu. Di sungai Rokan menurut penelusuran Tim Ekspedisi Kebudayaan 4 Sungai (Tahap I Sungai Rokan) ada lebih dari 10 situs mahligai yang ditemukan dan diperkirakan umurnya lebih tua dari candi Muara Takus. Yang paling menonjol memang Candi Muara Takus yang berdiri sebelum kerajaan Sriwijaya lahir. Tim ekspedisi itu mencatat seni ukir yang terdapat di sepanjang sungai Rokan juga menunjukkan lebih tua dibandingkan dengan seni ukir di Minangkabau.
Menurut Tambo kenegerian Cerenti, salah satu puak yang mendiami Rantau Kuantan, suku-suku yang mendiami kenegerian Cerenti itu, adalah keturunan dari nenek moyang mereka yang mendiami Semenanjung Melaka. Kemudian pindah ke Deli, tetapi karena adanya terjadi suatu peperangan Raja Deli dengan Raja Bugis, mereka migrasi pula ke Sumatera bagian tengah, sebagian ke Minangkabau sebagian ke Siak Sri Indrapura. Suku yang pindah ke Minangkabau dipimpin oleh Raja Mahkota. Raja Mahkota ini tidak berfungsi sebagai raja sebab ia dalam perantauan. Sedangkan yang pindah ke Siak Sri Indrapura disambut dengan baik oleh rajanya, bahkan ada di antara mereka diangkat menjadi panglima raja Siak Sri Indrapura. Ihwal Raja Mahkota beristrikan Putri Kembang melahirkan dua orang anak dan yang tua adalah perempuan bernama Putri Hijau dan yang kedua laki-laki bernama Putra Hutan.
Beberapa lama mereka mendiami Minangkabau. Raja Mahkota pun mulai berkuasa di daerah kecil yang ia diami, hingga Raja Mahkota meninggal dunia. Istri, anak dan orang-orang sesukunya meninggalkan daerah itu, kemudian hijrah ke Siak Sri Indrapura.
Di Siak, Putri Kembang dan rombongan berkumpul kembali dengan kelompok yang menuju Siak setelah bertahun-tahun mereka berpisah. Putri Kembang dilamar Raja Siak Sri Indrapura, tetapi lamaran Raja Siak itu ditolaknya, sebab beliau tidak sudi menjadi istri dari Raja Siak. Penolakan itu mengakibatkan Raja Siak marah, dan menyeret Putri Kembang ke penjara seumur hidup. Tindakan Raja Siak tidak disenangi Panglima yang sudah diangkatnya, sehingga terjadilah peperangan antara Panglima Raja Siak dengan Raja Siak. Akhirnya, untuk menghindari pertumpahan darah yang lebih besar rombongan Panglima menghindar menuju Kerajaan Indragiri hingga sampailah ke suatu tempat yang kelak bernama Cerenti.
Hal ini didukung oleh banyaknya pendapat budayawan yang mengatakan bahwa raja-raja Pagaruyung berasal dari Rantau Kuantan yang terjadi lebih dari 1500 tahun yang lalu. (bersambung ketulisan berikutnya)

Derichard H. Putra, dkk. said...
on 

Yang benar, Orang Kuantan adalah Orang Melayu (2)
Baik Melayu Tua maupun Melayu Muda memakai sistem keturunan matrilineal (garis keturunan ibu). Setelah Islam masuk diperkirakan abad ke-13 Melayu di Riau terutama yang mendiami pesisir Sumatra menerima peradaban Islam yang memakai sistem patrilineal. Karena memang kebudayaan Melayu itu sangat terbuka dan menerima Islam sepenuhnya. Namun, di banyak rantau di hulu sungai di Riau hingga Sumatra Barat pengaruh sistem yang islami ini diterima dengan berbagai rumusan baru, seperti tali berpilin tiga atau tiga tunggu sejerangan, dst.
Pada abad ke-13 itu pula, ketika Islam masuk ke Sumatra tidak hanya agamanya di terima dengan sepenuh hati tetapi juga peradaban Islam dihayati dengan baik. Gelombang pertama literacy Jawi (Arab Melayu) pun masuk dan dipakai dengan amat mesra. Tradisi keberaksaraan ini sangat merasuk kepada para ahli di Minangkabau waktu itu. Mereka pun mulai terpengaruh membuat sejarah dan syiarah, Mereka menyusun tambo-tambo di rantau Minangkabau. Perantau-perantau Minangkabau yang suka merantau menjalarkan keterampilan mereka membuat tambo dengan Minangkabau sebagai kiblat mereka. Jadi, saat ini memang banyak tambo-tambo yang berasal dari Kuantan terdapat kata Minangkabau di sana. Dari sekian banyak itu, disertakan di sini ringkasan Tambo Cerenti seperti yang ditulis di atas.
Jadi, tulisan ini menyimpulkan bahwa tidak benar bahwa Orang Kuantan adalah Orang Minangkabau, yang benar adalah orang Kuantan merupakan orang Melayu Kuantan, dan nenek moyang orang Minangkabau berasal dari ras yang sama dan dulunya juga pernah berasal dari Kuantan, Kampar, dsbnya. di Riau. Ihwal adat istiadat yang memakai system kekuasaan matrilineal (garis keturunan kekerabatan seperti Minangkabau itu bukan pemilik tunggal Minangkabau karena memang kebudayaan Melayu yang paling tua sebelum Islam masuk nenek moyang orang Melayu memang memakai system matrilineal. Di Kuantan dan di berbagai wilayah budaya di Riau lainnya juga memakai system yang sama, Islam lah yang mengubah peradaban ini ke garis keturunan sebelah ke laki-laki.
Perlu diketahui dalam sejarah Melayu, Sulalatus Salatin menyebutkan Wan Seri Bani pernah berkuasa dan saat itu system matriarkhat (pengambilan keputusan di tangan perempuan) pernah berlaku juga untuk beberapa abad di situ. Dan, bersambung hingga kepada kekuasan Engku Puteri.

Derichard H. Putra, dkk. said...
on 

Kuantan menjadi wilayah propinsu riau, karena Kuantan merupakan bagian dari wilayah kerajaan Indragiri.

Anonymous said...
on 

Daerah Kuantan menjadi bagian wilayah propinsi riau karena memang Kuantan merupakan bagian dari wilayah kerajaan Indragiri.

Saya kurang sependapat bila disebutkan bahwa Melayu sebelum kedatangan Islam pernah memakai sistem Matrilineal. Wan Sri beni berkuasa di Bintan hanya untuk sementara waktu saja karena suaminya Suktan Asyar wafat, kemudian tahta diserahkan kepada menantunya (laki-laki) yaitu Raja Tribuana Sang Nila Utama.

Anonymous said...
on 

terimakasih kepada kakanda Derichard CS telah bercerita panjang lebar tentang Orang Kuantan ...

Admin said...
on 

Komentar yang menyatakan bahwa seluruh dunia dan bahkan ahli ethnolinguistic pun mengakui bahwa Kuantan adalah asli Melayu. Dunia yang sebelah yang mana yang dimaksud dan siapa ahli-ahli ethnolinguistic tsb ? Kalau ada pasti "ethnolinguist-ethnolinguist" tersebut orang-orang yang ngawur dan selama ini belum ada pendapat ilmiah / hasil study yang berkesimpulan demikian. Masyarakat yang berbahasa Minang dan memakai adat persis Minang, pastilah orang Minang.
Pendapat yang mengatakan semua orang=orang asli Riau adalah proto-Melayu juga ngawur, karena sebagian besar dari mereka adalah orang-orang Austro-Asiatic dan bukan proto-Melayu yang Austronesia.

Yang juga sangat lucu pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Kuantan adalah dialek Melayu. Tapi kenyataannya bahasa Kuantan sulit dimengerti oleh penutur-penutur asli Melayu, sedangkan bagi orang berbahasa MInang tidak akan kesulitan sama sekali. Menurut saya lebih tepat, kalau bahasa Kuantan bukan dialek Minang, maka bisa disebut sebagai "A Malay dialect with entiretely Minang loan words including it's grammar". OK.
Bagaimanan dengan adat Kuantan dengan suku-sukunya yang persis Minang ? Apakah suku-suku di Kuantan dulunya suku-suku Minang "aspal" ? Yakni cuma ditiru-tiru doang, karena kala itu lagi "ngetren"? Hasil peneyelidikan ethnolog yang mana yang menyimpulkan bahwa masyarakat Melayu pra-Islan adalah matrilinelal dan Islam-lah yang nerubah mereka jadi patrilineal. Yang pasti ini adalah "cuap-cuap" saja yang tanpa bukti sama sekali. Yang pasti di Nusantara Minang-lah satu-satunya yang masyarakatnya matrilineal

Kuantan disebut-sebut sebagai bagian dari Kerajaan Muara Takus, mentang-mentang di Muara Takus terdapat situs candi Budha, maka dulu pasti ada kerajaan Muara Takus, belum tentu. Yang jelas di situ terdapat candi, OK. Tapi dongeng apalagi inskripsi mengenai kerajaan Muara Takus tsb tidak ada sama sekali. Kalau di sekitar Muara Takus dulu ada kerajaan kuno, OK saya setuju. Namun apa namanya Muara Takus tidak ada bukti secuil pun. Lagi pula Muara Takus tsb terletak di dalam Luhak 50 Koto, luhak asli Alam Minangkabau yang merupakan bagian dari 5 Koto yang digabungkan ke Riau pada tahun 1958.Saya percaya bahwa di sekitar Muara Takus atau di bagian Utara Luhak 50 Koto ada kerajaan Minangkabau kuno bukan kerajaan Melayu dan namanya sampai saat ini belum terungkap.

Sebenarnya, masih banyak pendapat mengenai alasan-alasan Kuantan asli Melayu yang saya lihat ngawur, seperti penyebaran ras Deutero-Melayu, situs-situs candi yang umurnya lebih dari 2000 tahun dll, namun komentar saya berhenti sampai di sini dulu.

cerven22 said...
on 

Kalau menurut saya, orang kuantan sama dengan orang minang dan ocu:

1. Memakai bahasa sama.
2. Sistem adat sama.
3. Rumah adat sama.
4. Suku-suku pun sama.

Dari persamaan yang di atas itu kenapa masih mengatakan orang kuantan/ocu/minang itu beda satu sama lainnya? Apakah karena berbeda propinsi terus akhirnya ingin memiliki identitas sendiri?Ayolah saudaraku, negeri sembilan yang di Malaysia pun tidak segan-segan menyatakan bahwa nenek moyang mereka adalah orang minangkabau..

Salam damai,

Sutan Palimo Bandaro.

Anonymous said...
on 

masya ALLOH
sesama Islam itu bersaudara dan saling memuliakan.
apabila ummat Rosululloh saw salimh menghina, maka tercabutlah dari pandangan Alloh..
mari qita perbanyak istighfar

Anonymous said...
on 

Untuk saudara Tarmizi, coba anda buku “Barus, Seribu Tahun yang Lalu”. Kalau tidak salah di Gramedia masih ada, memang agak mahal, tapi ilmu memang mahalkan? Atau biar gratis coba datang ke Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau, anda akan banyak menemukan buku tentang sejarah Melayu di sana.

Tulisan yg ditulis Sdr. Derichard Cs saya anggap benar 100%.


Kalau anda menyimpulkan, “masyarakat yang berbahasa Minang dan memakai adat persis Minang, pastilah orang Minang”, terlalu sempit pemikiran anda… coba anda simak beberapa contoh kosa kata Kuantan dan Minang berikut ini.

Kuantan
Apo?
Dimano?
Siapo?
Mano?

Minang
A?
Dima?
Sia?
Ma?

Kalau seandainya orang Kuantan adalah Minang, dan berasal dari Minang? Apa mungkin kata dalam bahasa asli mereka bisa berubah bertambah panjang ketika berada di daerah baru yang didiami?

Tidak mungkin, tetapi yang mungkin terjadi adalah bahwa kata bisa saja menjadi lebih pendek (hilang beberapa konsonan). Hal ini bisa disebabkan karena pengaruh lingkungan (alam). Kita bisa lihat, orang Minang tinggal dan menetap di pesisir dan pegunungan, sehingga kata2 yg panjang tdk efektif, akhirnya bahasa secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek. Sebagai contoh, ketika anda berjalan diperbukitan, dan nafas anda tesengal2, pasti kata yang keluar dari mulut anda tidak sempurna keluar. Karena ini diucapkan terus menerus akhirnya bahasa bisa berubah. Begitu juga pesisir, angin dan ombak laut sangat bising. Sedangkan di Kuantan dan Kampar tidak ada Gunung dan Laut. Itu artinya, nenek moyang Minang dulunya menetap di Kuantan, dan ketika alamnya tidak sama, akhirnya bahasa mereka berubah.

Seandai Kuantan berasal dari Minang, dari mana asal muasal beberapa konsonan tambahan yang ada di bahasa Kuantan?

Ukiran dan artefak yang ditemukan di Kuantan dan juga di Kampar, sangat kasar dan tidak beraturan, bandingkan ukiran yang ditemukan di Minang. Sangat halus dan indah. Sudah pasti kasar lebih dahulu dari pada yang halus. Ngak mungkin yang halus lebih dulu baru kasar (bearti kebudayaan tidak berkembang donk) sementara kebudayaan seperti organisme, selalu berkembang dan berkembang. (baca: Local Knowledge ditulis oleh Clifford Geertz).

Melayu pra-Islan adalah matrilinear? Sangat benar, anda bisa baca buku ”Barus, Seribu tahun yang Lalu”, ditulis oleh Claude Guillot, dkk. Jadi pemilik Matrilinear bukanlah orang Minang, tetapi Melayu Tua (Proto Melayu). Untuk hal ini, anda juga bisa baca Sulalatus Salatin, atau Manusia dan Kebudayaan ditulis oleh Ernst Cassirer.

Kuantan bukanlah bagian dari Kerajaan Indragiri dan juga Bukan Wilayah Kerajaan Muara Takus. Mereka adalah wilayah budaya, dipimpin dengan sistem persukuan bukan kerjaaan. Walaupun kerjaan Kandis pernah dianggap berdiri di sini, tetapi belum ditemukan fakta2 yang kuat. Wassalam.

Helmizon said...
on 

Suku perantau dinusantara adalah Melayu, bukan Minang, sehingga bahasa Melayu bisa menjadi Lingua pranca dan akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Sudah diputuskan oleh Pusat Bahasa Jakarta bahasa Melayu disini adalah bahasa Melayu Riau.

ini bisa diambil simpulan, yang merantau ke minang adalah orang2 Melayu tapi kerana di sana banyak pegunungan sehingga mereka banyak anak (dingin sih soalnya), dan akhirnya penuh dan merekapun merantau lagi kenegeri2 lain di Nusantara.

Soal negeri sembilan di Malaisia tidak segan2 mengaku orang minang? Negeri Kuantan di Malaysia juga berasal dari orang-orang di Kuantan Riau, dan salah satu daerah lainnya (saya lupa) juga berasal dari orang2 Kampar (ini hasil penelitian dari Prof. Dr. Muhammad Haji Saleh guru besar di Univesity National Malaysia Penang dengan judul “Diaspora Melayu” (Perpindahan Melayu)

Anonymous said...
on 

[Dunia yang sebelah yang mana yang dimaksud dan siapa ahli-ahli ethnolinguistic tsb ? Kalau ada pasti "ethnolinguist-ethnolinguist" tersebut orang-orang yang ngawur dan selama ini belum ada pendapat ilmiah / hasil study yang berkesimpulan demikian. Masyarakat yang berbahasa Minang dan memakai adat persis Minang, pastilah orang Minang]

ini orang ngomong apa ngompol sih... makanya jangan seperti katak dalam tempurung... dalam Festival Budaya Melayu Dunia 2004 di Pekanbaru, ahli Melayu diseluruh dunia di undang, nah disinilah pendapat2 seperti itu bermunculan. Enteh ngak datang ya... ya iyalah.. Minang ngak diundang kok...

Anonymous said...
on 

dalam sebuah forum disebutkan, orang Minang adalah keturunan kerbau... maka disebut minang kabau.. dimana2 selalu nyerunduk orang, terkurng nak di luar, terhimpit nak di dalam.. aneh suku satu ini...

Putra Minang said...
on 

aku asli orang minang, dan saat ini sedang kuliah di Antropologi UI. Dalam perkuliahan saya dapatkan pengetahuan bahwa Melayu Riau tidaklah sama dengan Orang2 Minang. walaupun bahasa dan kebudayaan mereka sama.

Anis Chaniago said...
on 

hehehhee... harusnya kalian ngerti dulu melayu secara Ras ato bukan.. terus ngaku2 suku melayu.. jangan bikin melayu terlalu sempit dan kecil... melayu itu lebih pantes bicara soal ras.. karena di dunia ras melayu yg paling di segani dan paling cerdas.. bahkan bisa melebihi ras yahudi.. hebatnya ras melayu tidak di bekali jiwa penjajah.. ayolah.. jangan persempit pemahaman melayu.. karena melayu itu besar untuk dunia.. dia tidak sekedar kampar, kuantan, lingga ato minang kabau.. tapi dia bicara lebih besar dan luas dari itu untuk dunia.. memalukan kalian.. kurang tahu tapi sok tahu soal melayu.. bicara melayu.. berarti bicara seluruh suku yg ada di nusantara.. bicara melayu.. berarti bicara persatuan rumpun melayu.. bukan kayak kalian .. yg tolol, sok tahu dan konyol.. malah mancing perpecahan.. klo ga punya kapasitas... diam dan dengerin aja.. belajar lebih banyak melayu.. slam damai utntuk semua MELAYU...

Anonymous said...
on 

Beuh,,ada yg mulai ngejek suku Minang ni..Ah,,biarin aj..Kalian itu bagaikan katak dalam tempurung!Orang paling narsis,,yg membanggakan sukunya dan menghina suku orang lain..

Anonymous said...
on 

Pada dasarnya hanya ada 2 budaya di Riau ini yg Pertama BUDAYA RIAU PESISIR, budaya ini didukung oleh BUDAYA SELAT MALAKA yg meliputi Wilayah Hilir Sungai yaitu Muara Sungai Rokan (Bagan Si-api2, Dumai, Bengkalis), Muara Sungai Siak (Senapelan/Pinggiran Sungai Siak di Pekanbaru dan Kabupaten Siak), Muara Sungai Kampar (Pelalawan), Muara Inderagiri (Rengat, Tembilahan).....Yg Kedua BUDAYA RIAU DARATAN /RIAU PEDALAMAN yg mengacu pd BUDAYA GUNUNG MERAPI/MINANGKABAU, budaya ini didukung oleh wilyah2 budaya Kuantan Singingi, Kampar Kiri dan Kampar Kanan, Rokan Hulu dan sebagain Rokan Hilir.....Aar lebih jelas batas2nya mari kita dukung cita2 terbentuknya PROPINSI RIAU PESISIR menyusul PROPINSI RIAU KEPULAUAN...jadi yg Tinggal PROPINSI RIAU DARATAN yg Jelas2 masih Wilayah Budaya Kerajaan Melayu Pagaruyung Minangkabau...gituu aja kok repot....telah terjadinya kesdimpang siuran selama ini terutama pada generasi mudanya adalah akibat intervensi elit2 Melayu Pesisir, trims

simonalphili@ymail.com said...
on 

-----Original Message-----
From: Datuk Endang
Date: Mon, 30 Nov 2009 05:13:35
To:
Cc:
Subject: [...@ntau-net] Re: Minang di tanah Melayu...Melayunisasi???

Sanak Bot yth.
Memang efek dari otonomi daerah adalah mencuatnya kebutuhan simbol/lambang di
berbagai daerah, di seluruh penjuru tanah air. Berbagai upaya dilakukan,
misalnya menggali kesejarahan dll. Beberapa bulan lalu saya ke Pekanbaru, dan
melihat telah banyak upaya untuk itu, seperti pembangunan huge structures, dan
atap tradisional itu. Mengenai disain atap itu (lontiak : pasak atap?) saya
sudah mendapat penjelasan dari arsitek2 lokal kalau itu diangkat dari satu
disain rumah di suatu daerah. Sebenarnya saya punya kritik terhadap konsep atap
itu, dan mereka memahaminya. Di antaranya adalah bila dikembangkan dalam ukuran
besar, malah kesannya tidak tipikal bangunan untuk dataran rendah. Termasuk
kayu bersilang V, sangat mirip dengan rumah Bugis. Sebenarnya arsitektur asli
Melayu pesisir timur seharusnya hampir serupa. Kelompok terbesar dapat dilihat
pesisir timur Sumut. Jadi sebenarnya perlu penggalian lebih lanjut.
Saya kurang tahu perkembangan dunsanak kita di Kampar, Kuantan, dll; apakah di
tempat itu juga dikembangkan rumah-rumah bagonjong. Bila ada, secara pribadi
saya tidak keberatan bila diangkat juga arsitektur bagonjong itu untuk
identitas/lambang bagi bangunan-bangunan di Riau.

Wassalam,
-datuk endang


--- On Mon, 11/30/09, Bot S Piliang wrote:







Sdr Harismanto, atau Anto...Kok ambo indak salah...batetangga kito di
pagambiran ndak...heheh

Uda/Uni/Mamak jo Etek2 ambo dan Milist...

Agak gembira saya mendengar koment dari Bapak/Ibu yang berdomisili di RIAU.
Artinya selentingan mungkin hanya kekecewaaan satu atau dua pihak saja. Untuk
kota Pekanbaru yang heterogen saya rasa masalah etnis ini tidak masalah. Karena
masing-masing sudah punya jalur dan jatahnya masing-masing.

Akan tetapi, pada situs pemda riau, dan beberapa tulisan, terdapat istilah
"Melayunisasi Kultural", khususnya untuk daerah Kampar, Kuansing dan
daerah-daerah di perbatasan dengan SUMBAR. Entah apa yang dimaksud dengan
Melayunisasi Kultural ini.
Seperti email saya terdahulu, pada saat saya mengunjungi lapangan MTQ di
Pekanbaru dimana disana terdapat replika rumah2 adat di Prov Riau, khusus di
Rumah Lontiak Bangkinang, ditambahkan kayu bersilang khas melayu di kedua ujung
lancip.

Kemudian saya membaca situs sejarah KUANSING, www.sungaikuantan.com , dimana
disana juga semacam pengingkaran keterkaitan sejarah teluk kuantan dengan
Minangkabau. Bahkan di situs ini juga 'memaksakan' bahwa mereka merupakan
bagian dari Melayu (meskipun bahasa, rumah adat dan budaya nyata-nyata 90%
identik dengan budaya minang).

Apakah ini yang dimaksud Melayunisasi Kultural...Berbeda dengan Kerinci yang
meskipun masuk dalam prov Jami, namun masih merasa satu keluarga besar dengan
Minangkabau. Karena Minangkabau ini adalah sebuah konsep kesatuan budaya yang
jauh melewati batas-batas teritori edministratif sumatera barat.

Anonymous said...
on 

to helmizon..

yg menjadikan bahasa melayu sbg bahasa nusantara pada awalnya adalah belanda bro bukan karena org melayu yg suka merantau (melayu riau). minang dimata belanda secara umum di sebut melayu. yg mempertahankan bahasa melayu sbg bahasa nasional dlm kongres bahasa indonesia 1 adalah moh.yamin bro putra asli minang kabau. org melayu riau pd wktu itu blm ada yg skolh bro. jd jgn sok2 lah nak blg org melayu yg mempopulerkan bahasanya. karena bahasa melayu mudah dimengerti makanya dijadikan belanda menjadi bahasa pemersatu. itupun melayu yg di riau kepulauan (RIAU-LINGGA).

baca sejarah lg bro..

Anonymous said...
on 

"Kuantan bukan lah sub-ordinat dari Pagaruyung, atau pun kerajaan manapun di pantai timur Sumatera. Fakta bahwa Minang Kabau dan Melayu pesisir memberikan influence dalam kebudayaan Kuantan, itu hal yang wajar, tetapi tidak berarti ia menjadi bagian dari Minang Kabau maupun Melayu pesisir."

Pak Ngah Musafir Kelana.

Hahahaha,,ngakak ane baca tulisan anda, Pak Kelana..Rumah gadang, suku2, perangkat2 adat lainnya sama dgn tetangga anda..Segitu besarkah pengaruh tetangga anda sehingga tidak ada peniggalan "Melayu Kuantan" yg tertinggal??

Anonymous said...
on 

Saya bukan Melayu (suku) maupun Minang. Tapi sejujurnya, waktu pertama kali ketemu keluarga teman saya yang ternyata orang Kuantan, memang saya menyangka mereka orang Minang. Karena bagi saya (orang awam) memang lebih mirip bahasa Minang daripada Melayu. Jadi saya nggak ngerti ketika saya bilang "orang Minang ya?" mereka bilang mereka orang Kuantan dan mukanya seperti nggak suka. Oh ternyata sebegininya masalah.. ck..ck.ck..

Anonymous said...
on 

1. Minangkabau adalah ras suku bangsa yang mendukung adat khusus (matrilineal),
2. Pagarauyung adalah salah satu kerajaan yang berkuasa di Minangkabau yang menguasai kerajaan2 suku bangsa minangkabau lainnya seperti kesulatanan pasaman kehilan kalam, kesultanan kinali, kesulatan muaro nunang, kesultanan lubuk jambi, dll
karajaan pagaruyung mencapai kebesarannya pada masa adityawarman yg beragama budha tantra, tidak salah jika muncul candi2 budha di wil kekuasaannya. Adityawaraman setelah memindahkan pusat kerajaan dari dhmasraya ke pagaruyung berdasarkan literatur menamakan kerajaannya Melayupura,Melayupura diubah menjadi kesultanan pagaruyung setelah kerajaan masuk islam dengan raja pertama terkenal dengan gelar Sultan Alif, salah satu sultan/raja pada masa perang paderi pernah mengungsi dari istana pagaruyung ke istana Lubuk Jambi. Kesultanan pagaruyung menguasai kerajaan2 minangkabau lainnya bukan dengan penaklukan wilayah kerajaan lain, tetapi tunduk ke pagaruyung didasari sejarah dan idiologi adat yang mngkin sekarang dikenal dengan tata negara.

Anonymous said...
on 

oom...minangkabau tu sebutan untuk suku bangsa, pagaruyung tu salah satu kerajaan besar yang menguasai beberapa kerajaan lain di minangkabau, jd kerajaan pagaruyung salah satu kerajaan terbesar orang minang dan orang minang kerajaannya tidak saja pagaruyung, ada kerajaan pasaman kehilan kalam, kerajaan muaro nunang, kerajaan indropuro, kerajaan kinali, kerajaan seremban, kerajaan lubuk jambi, kerajaan tiku, kerajaan air bangis, kerajaan dhamasraya, kerajaan gunung sahilan, dan lain2 kerajaan kecil lainnya. seluruh kerajaan minang ini tunduk kepada kerajaan pagaruyung bukan didasarkan penaklukan pagaruyung, tapi karena dasar ideologinya yang sama yaitu adat minangkabau, datuk katumanggunan dan parpatih yang sabatang-lah sebagai peletak dasar idiologi ini. kedua tokoh ini berhasil menciptakan hukum tata negara, hukum pidana, hukum perdata dll yang dapat dibaca di tambo adat. Jadi jika idiologi(adat) tersebut memuncak pada dua datuk ini maka itu adalah orang minangkabau. Jika kuantan tidak berpuncak kepada dua datuk tersebut maka kuantan bisa dikatakan tidak oarng minang.

Anonymous said...
on 

Jika suatu adat berpuncak pada Datuk Katumangungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang yang jabarannya dua laras yaitu koto piliang dan bodi chaniago berikut turunannya, maka orang itu adalah orang minang, jika adatnya tidak berpuncak pada dua datuk ini maka barulah bukan orang minang.

Anonymous said...
on 

sebagai referensi silahkan cari di google ketik naskah tertua tanjung tanah, baca naskanya...moga2 ini bisa membuka wawasan

Anonymous said...
on 

saya melihat ada beberapa daerah/kota kecil di wilayah administrasi Sumatera Barat yang rumah adatnya tidak bagonjong, tetapi adat dan istiadat, bahasa serta gaya hidupnya menunjukkan mereka adalah orang minang kabau, dan mereka pun mengaku ber suku minang..

itu lah MINANGKABAU.
BAPANGULU DI LUHAK, BARAJO DI RANTAU.

minangkabau bukan suatu kekuasaan untuk wilayah.
tetapi minangkabau adalah budaya, tata cara, adat istiadat,dll.

bendera minangkabau adalah marawa dengan warna merah kuning hitam.
tetapi secara umum dan kesatuan, merah putih lah benderanya. karna dari kesatuan yang lebih besar nya, minangkabau adalah INDONESIA.

aku indonesia, kamu mesir, dia Iran, tapi dalam kesatuan kami adalah ISLAM.

Anonymous said...
on 

kita kan satu rumpun...apaun sukunya jgn jd perdebatan...
q orang melayu bengkalis, melayu bngkalis pun mseh berpengaruh dengan kturunan orang minang dan kampar, mkanya bengkalis mseh mnggunakan logat melayu o..,hanya saja dialeknya mseh kental dengan melayunya, sprti msalnyo dulu sbelum d sebut bengkalis, yaitu namonyo bangkaliah...dan sskrang jd bengkalis,kemudian orang bengkalis mseh bnyak kturunan bugis, sampai2 datok laksmana raja dilaut pon orang bugis...
yang penting jngan saling menghina suku ja lah d bumi lancang kuning ne...

fIkry one said...
on 

Kenapa ribut-ribut neh? Saya orang minang tapi tidak masalah disebut melayu karena fakta sejarahnya sebagian besar orang indonesia adalah melayu. Penduduk nusantara ini baik deutro maupun neutro melayu semuanya turun dari asia selatan melalui semenanjung malaysia ke kepulauan riau, lalu menyebar lagi ke barat, timur dan selatan. Siapa yang mengingkari kalau orang jawa, batak, dayak, mentawai adalah melayu? Hayo..! Kok ado juo nan maraso eksklusif lai, dituka tanyo ko jadi: lai anak cucu Adam juo lai ndak?

awak urang malayu said...
on 

menurut saya orang kuantan adalah bagian dari "melayu riau". dan semua kabupaten di riau termasuk "melayu riau" yang terikat dari melayu pada umumnya. kita mempunyai identitas tersendiri dari provinsi tetangga/ negara tetangga.

provinsi jambi misalnya memiliki identitasnya tersendiri yaitu "melayu jambi" yang terikat pada melayu pada umumnya.

provinsi sumbar misalnya memiliki identitas yaitu "minangkabau" yang terikat pada melayu pada umumnya.

negara malaysia misalnya memiliki identitas yaitu "melayu malaysia" yang terikat pada melayu pada umumnya.

jadi berbanggalah menjadi orang riau karena kita mempunyai identitas masing-masing.

Eki The explorer said...
on 

Jgn heran menghadapi org" yg suka klaim sejarah & kebudayaan suku lain.sy melayu kisam sumsel.prnh sy baca ts dr salah satu grup yg menyatakan pendiri kerajaan sriwijaya keturunan minangkabau.rumpun skala brak juga keturunan pagaruyung.sangat memalukan & konyol bahwa skala brak ada sesudah pagaruyung.betapa hebatnya lg mengaku suku/etnis tertua tp tdk punya bahasa & aksara sendiri.

Anonymous said...
on 

Orang Kuantan adalah Melayu..kami sampai berhijrah ke Pahang dan saat mendirikan Kampung Kuantan..saat ini Kampung Kuantan yang didirikan oleh penghijrah terdahulu telah berkembang menjadi kota hinnga diangkat menjadi ibu kota kepada provinsi bagian Pahang di Malaysia...malah di seluruh provinsi Pahang mempunyai bagian terbesar orang asal Kampar serta Rawa..bukan hanya di ibu kota malah mencakupi seluruh provinsi ini..pokoknya orang Kuantan memang Melayu cumanya berbudaya seakan-akan minang seperti mana orang Jambi, Palembang serta Lampung.

Anonymous said...
on 

Orang Kuantan adalah sebahagian dari Melayu Riau..cuma bahasanya mirip minang..di malaysia pun ada kota Kuantan yang didirikan oleh penghijrah terdahulu..malah kami di Kuantan bagian Malaysia tidak pernah merasakan kami bagian dari minang itu.

Anonymous said...
on 

Bagaimana Pendapat Anda?

KOMENTAR Sobat Adalah Nyawa Blog All About Pekanbaru Riau ini, Tentunya Blog Sobat Juga, Jadi Kita Sesama Blogger Mari Saling Menghidupi... Hehehe....

Bagi yang BELUM PUNYA BLOG bisa pakai 'Comment As: name/URL. masukkan nama dan FS, FaceBook, Multiplay atau lainnya (contoh: http://facebook.com/nanlimo)

 

SungaiKuantan.Com Site Info


TopOfBlogs