Kemarin, 19 November diperingati sebagai hari toilet internasional. Peringatan ini tentu saja bertujuan untuk menyentak kesadaran masyarakat akan pentingnya toilet yang bersih dan sehat. Tak dapat dipungkiri masih banyak di antara kita yang kurang peduli. Kebersihan toilet di tempat umum, adalah buktinya.
Pertama kali menumpang pesawat terbang (beberapa hari setelah ulang tahun saya ke-30) saya sangat terkesan dengan peringatan di toilet (lavatory) pesawat: Wipe Wastafel for Next Users. Sebagai orang yang pertama kali menumpang pesawat terbang, setelah menggunakan wastafel, tanpa banyak pikir saya mematuhi peringatan itu, menyeka wastafel dengan toilet paper yang tersedia dan meninggalkannya dalam keadaan kering.
Setelah pengalaman pertama itu, saya secara rutin menumpang pesawat untuk tugas kantor ke daerah, rata-rata sekali sampai dua kali sebulan. Peringatan senada saya baca di semua lavatory pesawat yang saya tumpang, tapi saya tak pernah menemukan wastafel yang telah dikeringkan oleh pengguna sebelumnya. Apakah peringatan tersebut tidak dibaca oleh pengguna lavatory? Atau sengaja abai untuk melakukan hal tersebut? Saya kemudian bersikap bahwa tidak perlu mengeringkan, karena saya toh mendapatkan toilet dan wastafel dalam keadaan basah.
Saya benar-benar sadar akan peringatan ketika pertama kali ke Australia untuk short course. Di Stasiun kereta api Taringa- kota kecil di Queensland- stasiun kecil sebesar stasiun Citayam di daerah Bogor, tapi cukup ramai pada pagi dan petang saat orang berangkat dan pulang kerja. Toilet stasiun itu benar-benar bersih dan kering. Saya sempat berpikir siapa yang membersihkan toilet itu karena tak pernah melihat petugas cleaning service. Ternyata hanya ada satu pegawai yang terutama bertugas melayani pembelian tiket dan penukaran koin. Membersihkan toilet bukanlah tugasnya. Pengguna toilet lah yang menjaga toilet itu tetap bersih dan kering. Kalau toilet di stasiun saja bersih dan kering, apalagi wastafel di lavatory pesawat terbang.
Waktu berjalan, semakin banyak daerah dan negara yang saya kunjungi, saya menyadari bahwa secara faktual di Indonesia prilaku Wipe Wastafel for Next Users bukanlah sebuah norma umum (common sense). Pikiran yang biasanya menjadi bahan argumen adalah: “Buat apa menyeka wastafel? Toh ada cleaning service yang mengeringkan dan tidak ada yang marah atau menegur” atau “Walaupun saya menyeka wastafel, ketika saya menggunakan wastafel saya menemukan wastafel dalam keadaan becek”. Hal yang sama berlaku juga untuk membuang sampah. Bukan cuma Pasar Minggu atau Terminal Bis Pulogadung sampah berserakan merusak pandangan mata. Bahkan di Bandara Soekarno Hatta, kita dengan mudah menyaksikan orang dengan santai membuang atau meninggalkan sampah seenaknnya, sehingga petugas cleaning service harus selalu berseliweran untuk memungut sampah itu.
Bedakan dengan kondisi bocah cilik di negara maju, taruhlah Australia , membuang sampah pada tempatnya merupakan sebuah tindakan yang digerakkan oleh alam bawah sadar. Saya mencoba menghindari generalisasi dengan mengatakan bahwa “Membuang Sampah Pada Tempatnya” di negara maju merupakan fenomena dan “Membuang Sampah Tidak Pada Tempatnya” merupakan kasus. Sebaliknya, di negara berkembang, taruhlah Indonesia, bocah cilik yang secara sadar melalui keinginannya sendiri “Membuang Sampah Pada Tempatnya” adalah sejumlah kasus di tengah fenomena ketidak patuhan.
Kenyataan ini sungguh memprihatinkan. Berusaha pula untuk menghindari kesimpulan yang mengarah pada persoalan ekonomi, saya berpendapat bahwa persoalan sesungguhnya berada di alam pikiran manusia yang senantiasa mengkonstruksi dan memahami keadaan di sekitarnya. Persoalan kebersihan lingkungan memang terkait dengan persoalan ekonomi, sosial, hingga politik, namun tidak bijaksana jika menyalahkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik untuk mengorbankan kebersihan lingkungan. Melalui konstruksi pikiran terhadap warga negara –lebih efektif bila dimulai dari usia dini dan dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan- saya berpendapat bahwa persoalan kebersihan toilet akan teratasi.
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
baru tahu kalau ada, hari toilet ...
Toilet training seharusnya diajarkan dari kecil, sehingga kalau udah dewasa menjadi kebiasaan hidup bersih dan sehat.
WOW ternyata Ada Juga ya Hari Toilet ...Informasi Yang Bagus Ni
baru dengar ni ada hari toilet..he..he..mantap gan.jembatan rengat+kampung seberang bulan januari di resmikan lho