Fakhrunnas MA Jabbar
Pemeo yang mengatakan bahwa kreativitas seorang seniman akan mati seiring dengan kemapanan hidup, tidak terbukti pada diri Fakhrunnas MA Jabbar di tengah kesibukannya sebagai Deputy Director Riaupulp dan aktivitas lainnya. Fakhrunnas masih tetap menghasilkan karya, membacakannya, dan juga membukukannya. Maka tak heran kalau Fakhrunnas termasuk kedalam jajaran sastrawan yang diperhitungkan ditingkat local maupun nasional.Fakhrunnas MA Jabbar dilahirkam di Desa Tanjung Berulak, Kampar, Riau pada 18 Januari 1959. Mulai menulis sejak di bangku SMP di Bengkalis. Menamatkan Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Riau (Unri) Pekanbaru. Semasa kuliah ini beliau juga tunak di Bahana Mahasiswa koran kampus Universitas Riau sebagai pimpinan redaksi pertama. Semasa kuliah pernah juga menjadi mahasiswa teladan tingkat nasional utusan Universitas Riau (1984). Fakhrunnas meniti karirnya didunia akademik sebagai dosen di Universitas Islam Riau (UIR) sejak 1986. sedangkan didunia jurnalistik sejak tahun 1979-1999. Tulisannya berupa artikel, esai, cerpen, dan puisi telah dimuat di sejumlah media local maupun nasional seperti Horison, Kompas, Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, Riau Pos, Kartini, Nova, Citra, Suara Pembaharuan dan sebagainya.
Fakhrunnas MA Jabbar adalah pribadi yang aktif dalam organisasi, terutama kebudayaan, adat, dan sosial kemasyarakatan. Antara lain di Komite Sastra Dewan Kesian Riau (1994-1996), Sekretaris Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI – 1983-1985), Sekretaris Lembaga Seni Budaya Pemuda KNPI Riau (1981-1985), Sekretaris Komite Program Yayasan Puisi Nusantara (1980-1984).
Sejumlah buku telah diterbitkan antara lain; Di Bawah Matahari dan Matahari Malam (1981), Matahari Siang (1982) –kp keduanya bersama penyair Husnu Abadi, Meditasi Sepasang Pipa (1987) –kp bersama penyair Wahyu Prasetya, Buya Zaini Kuni : Sebutir Mutiara di Lubuk Bendahara (1993) –biografi, H Soeman HS: Bukan Pencuri Anak Perawan (1998) –autobiografi- dan terpilih sebagai Buku Terbaik Anugerah Sagang tahun 1999. selain itu, enam buku cerita anak dimana tiga judul diantaranya termasuk buku inpres yakni Anak-anak Suku Laut (Pustaka Utama Grafiti. 1994), Menembus kabut (Depag RI, 1985), menyingkap Rahasia Bumi Harapan (1997).
Kumpulan cerpennya Sebatang Cerita di Serambi (Penerbit Akar Indonesia, Yogyakarta, 2005) sempat dibahas oleh pengamat satra Prof. Harry Aveling di FIB Univeristas Indonesia, Depok. Buku ini termasuk 10 nominator Anugerah Buku Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2006.
Sebuah cerpennya, Rumah Besar Tanpa Jendela di muat dalam cerpen Horison Sastra Indonesia (Horison, 2001) dan diangkat ke sinetron oleh Chaerul Umam di tayangkan di LaTivi (2002). Dan sejibun karyanya yang lain yang kalau dituliskan disini ga muat lagi, hehehe…. Tau aja tangan da pegel ngetik nih.. hihihii…
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
hmm...seniman ya
kayaknya boleh juga tu buku cerpennya
Wah seniman Intelektual kebanggan Masyarakat Riau. Selamat ya Pak Fakhrunas dengan pengghargaannya. Wassalam
jadilah seniman yang sehati dengan jiwa tanah melayu ini...
seniman selalu meramaikan dunia ini dengan ide2nya yang brilian..
ada rubrik profil jg ya di sungaikuantan
Penampilan blog nya lebih bagus sekarang, selamat ya. Mudah2an bisa jadi daerah tujuan wisata yg ramai visitor. Sekalian tukar link ya ... :P
terima kasih ya ...
Banyak juga karyanya ya ? Yang masuk nominasi KLA adalah karya-2 yang bermutu lho.. Hebat !!
Congratulation untuk beliau..
salam kenal..
Ok bro..
udah di add link kamu..
hope link sy di add juga di sini.