Budayawan Senior Riau UU Hamidy dan anak didiknya Al Azhar merasa sedih, karena akhir-akhir ini masalah kebudayaan daerah, kurang mendapat perhatian hampir disemua lini kehidupan. Baik dalam kehidupan bermasyarakat, di sekolah, di perguruan tinggi, di pemerintahan, dan lainnya. Bahkan banyak dicampuri birokrat yang bukan ahlinya.
Hal ini ditegaskannya dalam sesi terakhir rapat koordinasi (rakor) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Riau di Hotel Aryaduta Pekanbaru, Rabu (25/3). Rakor ini sedikit dihadiri oleh pejabat, karena berangsung-angsur meniggalkan ruangan rakor. Awalnya pada pagi hingga menjelang makan siang, cukup ramai, apalagi pembukaan dihadiri Wagubri HR Mambang Mit.
Namun ketika sesi terakhir jelang petang, peserta rakor berkurang. Apalagi UU Hamidy dan Al Azhar tampil dengan tegas dan penuh dengan berbagai kritik seni dan budayanya. Mengkritisi sejumlah eksekutif dan politikus serta masyarakat yang menyepelekan Seni Budaya Melayu.
Menurut UU Hamidy, masalah kebudayaan jangan banyak dicampuri pemerintah, tapi berikanlah kepada budayawan. Selama ini memudar karena banyak dicampuri dan dimbil alih oleh pemerintah, birokrat. Kurang perhatiannya birokrat, kata UU Hamidy dibuktikan dengan tidak adanya donator untuk percetakan buku mengenai Sejarah Pacu Jalur di Teluk Kuantan, Kuansing. Buku ini berisikan tentang sejarah pacu jalur lengkap dengan data pemenangnya dari zaman dulu sampai sekarang, dan bentuk hadiahnya.
Sementara Al Azhar melihat Visi Misi Riau 2020 dan Tahun Kunjungan Wisata Riau 2012 bersamaan dengan PON XVIII 2012 di Riau tidak akan terwujud bila masalah budaya masih saja dicampuri mereka yang tidak ahlinya.
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
PertamXXXxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Itulah Indonesia....
Budaya adalah kebiasaan. jangan campur adukan semuanya dengan keegoisan pribadi