Tim peneliti yang beranggotakan beberapa arkeolog, sejarawan, peneliti budaya, dan ahli geologi itu bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Pusat Studi Kebudayaan UGM dan Disbudpar Riau bekerja sama menyusun kebijakan tentang budaya lokal daerah yang akan dijadikan Rencana Induk Pengembangan Kebudayaan Melayu.
Ketua tim, Dr Widya Nayati MA, dalam jumpa pers di Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Selasa (12/8) malam, mengatakan, hasil temuan tim selanjutnya akan dibawa ke Yogyakarta untuk dikaji lebih mendalam secara akademis.
“Tapi ini tetap milik Riau dan UGM, dan kita harap museum di sini menyimpannya,” ungkap Widya.
Temuan berupa kapak perimbas, penetak, serpih, dan serut oleh tim dari UGM ini membatalkan fakta lama yang meletakkan Candi Muara Takus sebagai tonggak awal sejarah kebudayaan Riau. Usia batu fosil itu diperkirakan berasal dari zaman Pleistosen.
Dari hasil analisa geologis UGM, Agus Trihascahyo ST.SS.MSc, batuan memiliki kekerasan hingga 7 pada skala mosh.
“Sebagai ukuran, berlian memiliki kekerasan 10 pada skala mosh,” ujar Agus.
Untuk usia pasti dari benda-benda itu, Agus belum dapat memastikan. “Kami tidak menggunakan absolute dating untuk memastikan usia. Tapi menggunakan relatives dating,” imbuhnya.
Menurut Agus, relatives dating, adalah penentuan umur sebuah benda berdasarkan tingkat teknologi benda itu sendiri. Dengan dasar itu, dapat diperoleh perkiraan budaya paleolitiknya. Selanjutnya, dengan dasar tingkat budayanya, tim memperkirakan benda prasejarah itu milik pithecanthropus, atau mungkin homo sapiens.
Tetapi, Widaya maupun Agus masih belum dapat memberikan keterangan pasti perihal manusia pemilik benda itu. Pasalnya, sejauh ini tim belum menemukan fosil manusia.
“Ini butuh pencarian lanjutan,” ungkap Agus.
Agus menekankan, saat ini yang paling dibutuhkan adalah pengamanan lokasi temuan dari peneliti asing. maupun perusakan oleh masyarakat lokal. Selain kelanjutan penelitian.
Menurut Widya, temuan merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya bagi dunia arkeologi.
“Tidak hanya Riau, bahkan Asia dan dunia,”ujar Widya yang juga ahli spesialis budaya perdagangan abad ke-17.
Riau saat ini menjadi provinsi ketiga yang memiliki kekayaan prasejarah. Penemuan benda prasejarah pertama di Sumatera menurut Widya adalah di Lahat, Sumsel, kemudian Kalianda, Lampung, dan Logas Kuansing, Riau.
Perlu Bukti LainSejarawan Riau Suwardi MS berpendapat penemuan itu perlu dikomparasikan dengan temuan purbakala yang ada di Trinil, pusat temuan manusia purba di Indonesia. Logas selama ini terkenal sebagai penghasil batu akik. Belum tentu benda-benda yang ditemukan adalah hasil karya manusia purba.
“Bisa jadi batu yang menyerupai kapak disebabkan pecahan alam atau dipecah perajin akik,” ujarnya, Kamis (13/8).
Profesor yang termasuk lima tokoh referensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang kebudayaan Melayu ini menegaskan perlu bukti lain untuk menyatakan temuan di Logas merupakan peninggalan prasejarah. Untuk memperkuat temuan perlu ada bukti lain berupa tengkorak atau bagian tubuh manusia purba.
Suwardi mencontohkan penemuan di Trinil. Penemuan yang menjadi tolok ukur manusia purba dunia ini awalnya ditemukan dalam bentuk bagian tubuh. Sementara peralatan dan perkakas yang mereka gunakan ditemukan di kemudian hari. (sumber: Tribun Pekanbaru)
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
manthb..deh kalau gitu
wah seru nich kapan2 mau lihat ah
komment balik ya
wuih sejarah neh..riau makin maju aja neh
Wah, penemuan fosil neh... seep!!!
Berarti Riau memang penuh dengan budaya di jaman dulu....
ada bro mau lihat ipin upin ver si baru luhat aja di http://www.upindanipin.com.my tu ada semua versi ipin dan upin sampae yang versi biaokop bisa di donlod lgi
mantab bgd d.. GREAT!!
Perlu dilestarikan dan dibudayakan...Thanks Infonya
Agak meragukan apakah itu benaran fosil yg umurnya sudah berjuta2 tahun....
Fosil telah ditemukan dan tinggal menunggu hasil tes
sip nih..
Sejarah, jangan lupakan sejarah (Jasmerah). tentu untuk tidak melupakan sejarah itu adalah sebuah perjuangan, dan menurut saya penemuan2 yang berkaitan dengan sejarah bumi, dan isinya merupakan sejarah. Di dalam Al Quran dikatakan apakah kamu tidak berpikir? sehingga penemuan2 tersebut menjadikan saya berpikir? apakah perbedaan temuan fosil di Riau menyebabkan umur pulau Riau diketahui? apakah tidak ingat akan kejadian Air Bah yang menenggelamkan seluruh bumi di zaman Nabi Nuh? apakah bumi dijadikan tidak bersamaan? apakah tanah naik dan turun menjadi pulau? apakah umur pulau di Indonesia tidak sama? apakah ini hanya disebabkan karena bencana alam yang membawa fosil mereka, atau apakah ini hanya tidak meratanya distribusi manusia pada saat itu? Jawabannya saya sendiri sedang mengkaji evolusi, allahua'lam.