Di ruang rapat koordinasi dampak kegiatan PETI, di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Riau, akhir Februari lalu, terungkap betapa semrawutnya penyelesaian persolan PETI di Kuangsing. Malah ada aparat yang berdalih untuk tidak menertibkan PETI. “Bisa-bisa rumahku terbakar habis,” ujarnya.
PETI memang kini menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat yang mengandalkan kehidupannya dari sektor perikanan. Itu sebabnya petani keramba, petani kolam pembenihan rakyat, bahkan Balai Benih Ikan Teso mengaku aktifitasnya sudah tersendat-sendat. Malah hasil penelitian kualitas air di Balai Benih Ikan Teso dan di aliran anak-anak Sungai sekitaran lokasi menunjukkan logam berat seperti Merkuri/Air raksa (Hg) jauh diambang baku mutu. Dalam waktu tertentu, logam merkuri akan terakumulasi pada biota perairan, baik tumbuhan maupun hewannya.
Kondisi ini harus diwaspadai. Banyak laporan yang terkait dengan kasus pencemaran Merkuri, dan dikenal dengan Penyakit Minamata. Penyakit Minamata adalah penyakit syaraf yang disebabkan oleh racun metilmerkuri. Gejala awal adalah mati rasa anggota badan dan daerah sekitar tumit, gangguan panca indera dan kesulitan dalam melakukan aktifitas seharihari. Selain itu penderita juga mengalami kurangnya koordinasi antar syaraf, lemah dan tremor, kemampuan berbicara lemah dan lambat serta kemampuan pandangan dan pendengaran kurang. Penyakit tersebut memburuk dan menyebabkan kelumpuhan, pergerakan di luar kesadaran, kerusakan otak serta kematian.
Pada tingkat ringan, penderita mengeluh mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah dan sering sakit kepala. Pada tingkat berat, penderita terserang sarafnya, termasuk otak, sehingga tidak bisa mengendalikan gerakan tangan dan kakinya, telinga berdering sampai tuli, daya pandang mata menyempit, dan bicara susah. Hal yang mengerikan banyak bayi yang dilahirkan dengan cacat bawaan. Metil merkuri berbahaya memang bagi wanita hamil.
Di lain kisah, Juli 2003 penambang emas tradisional di daerah Wonogiri menggunakan merkuri yang berwarna putih untuk memisahkan emas dari logam yang lain. Merkuri yang berwarna putih keperakan dan cair akan mengikat emas, sedang logam yang lain akan tersisihkan. Campuran merkuri dan emas ditempatkan pada satu cawan yang terbuat dari keramik. Pada cawan dihembuskan nyala api. Jarak antara nyala api dengan hidung orang kurang lebih 10 cm. Pada saat nyala api membakar campuran merkuri dan emas, cairan merkuri menguap dan logam emas tertinggal. Pada saat logam merkuri menguap, sangat dimungkinkan uap merkuri akan terhisap oleh pekerja. Apabila paparan ini terus berlanjut akan mengakibatkan keracunan dan kematian.
Kegiatan PETI di Kuansing sebenarnya telah lama terjadi. Namun kini kondisinya lebih parah lagi. Mengingat para pelaku PETI di Jambi juga turut hijrah ke Kuansing. Mengingat sejak dua tahun lalu, aktivitas di Sungai Batanghari dihentikan oleh seluruh terkait di Provinsi itu. Karena ada ancaman dari Departemen Kelautan dan Perikanan memfinalti Dinas Perikanan dan Kelautan Jambi, bahwa dana APBN tidak akan mengucur untuk pengembangan keramba selagi ada aktifitas PETI.
Maraknya PETI dan menyadari dampak buruk aktivitas itu bagi lingkungan dan manusia, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kuansing sudah melaporkan hal tersebut kepada aparat setempat. Berbagai rapat koordinasi di Kabupaten telah berkali dilakukan. Hingga akhirnya ada delapan poin kesepakatan di tingkat Pemkab Kuansing. Intinya PETI harus dihentikan, penambang akan dibina, dan yang penambang lokal akan dialihkerjakan ke sektor lain. Batas akhir ditetapkan tanggal 31 Maret 2008.
Ir H Makruf Maryadi Siregar MSi
Kabid Pengendalian Pencemaran Lingkungan Bapedal Riau
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
semoga aja nih masalah dapat diatasi pemda setempat
wah memang ekspoitasi tambang banyak yg ilegal n ga liat alamnya selanjutnya...
begini ni indonesia.....
menurut saya hal ini perlu d fasilitasi pemda, karena banyak masyarakat hidupnya yg bergantung dari hasil pertambangan tradisional ini....
jangan hanya orang besar saja yg bisa menikmati kekayaan alam yg terkandung dalam bumi ini, cuma menurut saya caranya mungkin harus lebih baik lg.... sehingga dampak lingkungan tidak terpengaruh karena adanya tambang tradisional...